Senin, 30 Maret 2015

Sepucuk Daun Teh



Di dalam kamar aku masih terus memandangi daun teh yang kian lama kian layu dan pudar hijaunya sama seperti jiwaku. Masih teringat jelas kenangan musim liburan lalu. Dimana aku bertemu dengan seseorang yang membuatku merasa nyaman, hangat dan aman. Saat itu aku menginap di sebuah Villa milik saudaraku yang bertempat tak jauh dari kebun teh daerah Puncak, Bogor, Jawa Barat. Hembusan angin segar menerpaku di pagi hari saat aku tepat sampai dari perjalanan melelahkanku. Udara disini membuatku bersemangat untuk terus hidup.
Dengan senyum yang mengukir di wajah ovalku, aku berjalan-jalan di kebun teh. Menghirup udara. Menghembuskannya melalui mulut. Menghirup lagi. Dan menghembuskannya lagi. Huaaaaah jiwaku terasa bebas disini. Aku menyaksikan bentang alam yang ada di depan mataku. Tak henti-hentinya aku memanjatkan rasa syukurku kepada Tuhan yang telah menciptakan Alam Semesta yang begitu menakjubkan terbentang di hadapanku kini.
Aku terus berjalan sambil bernyanyi dan menyentuh daun-daun teh di setiap langkahku yang melewatinya. Aku memejamkan mata. Merasakan hembusan oksigen yang memasuki hidungku, berjalan melewati bronkus, lalu bronkeolus, hingga sampai di alveolus dalam paru-paruku. Lega. Sejuk sekali.
Ku buka mataku perlahan dan aku melihat seorang lelaki bertubuh tinggi. Berkulit putih. Bermata biru. Ya Tuhan! Dia… blasteran Indo. So handsome. Aku dan dia masih saling menatap. Hingga aku tersadar dan aku hendak melewatinya, ia justru menghadangku. Aku ambil kanan. Dia kanan. Aku ambil kiri dia juga kiri. Dan kemudian kita sama-sama tertawa. “Silahkan nona.” Pada akhirnya dia menyadari kegugupanku dan membiarkan aku lewat.
Aku kembali ke Villa untuk membereskan koperku dan sarapan. Ternyata Bi Inah –Pembantu sekaligus Tukang bersih-bersih Villa- telah menyiapkan banyak makanan khas Bogor. Penat belajarku saat di kota metropolitan Jakarta kini jadi hilang. Aku pun makan dengan lahap. Papaku tersenyum melihatku bersemangat.
Setelah sarapan aku keluar dari Villa untuk berjalan-jalan di Danau yang terletak tak jauh dari Villa tempatku menginap. Aku berjalan kaki sambil melihat-lihat pemandangan di sekitarku. Aku sampai di tepi danau. Tanganku keluar dari saku dan mulai menyentuh air danau yang dingin sekali. Aku menggigil. Tadinya aku mau bermain air tapi ternyata aku lupa memakai jaket dan pasti akan terasa dingin. Vian sahabatku di Jakarta memPING BMku. “Jangan lupa kasih hasil jepretan loe disana ya? Pasti objek buat ekskul photography kita bakal bagus kali ini. Good Luck Beibi Anya.” Aku membalasnya. “Iya beibi Vian makasih yaa”
Aku segera mengeluarkan kameraku dan mulai memfoto danau dari berbagai sisi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan karena di tahun ajaran baru nanti hasil dari berbagai ekskul di sekolah kami akan dipamerkan kepada adek-adek kelas nanti. Aku berjalan semakin maju untuk mengambil gambar tanpa melihat ke bawah. Dan tiba-tiba semua menjadi gelap.
Mataku terbuka saat seseorang memberiku nafas buatan dan kini aku berbaring di tepi danau dengan kondisi badan yang basah kuyup. Mataku tampak samar-samar. Aku batuk dan mengeluarkan air danau yang tak sengaja ku telan sewaktu aku tenggelam di danau. Mataku semakin jelas dan aku melihat seorang lelaki yang tadi sempat berpapasan di Kebun Teh Mekarayu. “Hei. Apa kamu sudah sadar?” katanya sambil melambai-lambaikan tangannya di depan mataku. “Syukur deh akhirnya kamu sadar.” Ucapnya lagi. Hei! Suaranya tidak berlogat Barat. Aku bangun dan memberi senyum simpul padanya. “Makasih ya udah nyelametin aku. Kalau nggak ada kamu mungkin aku udah mati tenggelam di sana” ujarku sambil menundukkan kepala. Ia menjabat tanganku, “Namaku Kevin. Kamu?”. “Aku Anya. Ya udah aku duluan ya.”
Setelah berpamitan padanya aku kembali berjalan-jalan untuk mencari objek foto yang lain. “Anya!” Ia berteriak memangilku sambil berlari ke arahku. “Kamu pendatang kan? Emangnya kamu udah tau jalan-jalan disini? Aku anter yuk.” Aku pun mengangguk menyetujui ajakannya dan berjalan di sampingnya. Aku terdiam. Rasanya kosakata dalam otakku telah habis. Padahal biasanya aku selalu cerewet walaupun dengan orang yang baru aku kenal. Tapi? Mengapa sekarang berbeda?
Dia menceritakan tempat-tempat di sini. Gaya bicaranya seperti Tour Leader. Diam-diam aku memfotonya. Tapi dia menyadarinya, “Hayoo mengambil gambar tanpa ijin ada undang-undangnya lho.” Aku terkekeh.
“Ya udah. Kak Kevin aku boleh minta gambar kakak nggak?”
“Satu jepretan 100 ribu ya?”
“Ih kakak perhitungan deh”
“Tadi kamu manggil apa? Kakak? Sok tau kamu. Darimana kamu tau kalo aku lebih tua dari kamu?”
“Lho? Kamu lupa ya? Tadi waktu kamu cerita kan kamu udah bilang kamu kelas 12.”
“Terus kalo udah kelas 12 udah pasti lebih tua dari kamu gitu?”
“Iya dong.” Aku menjulurkan lidah.
“Idih sok tau. Aku ikut program Akselerasi tau. Welk” Dan giliran dia yang menjulurkan lidah.
Aku malu karena sudah asal menyimpulkan. Ah Anya kenapa kamu begini? Nggak biasanya deh. Aku berbicara dalam hati merutuki kebodohanku. Aku menundukkan kepala karena malu. Sedangkan ia tertawa puas. Ia mencubit pipiku, “Kamu lucu banget sih.” Ya Tuhan kenapa jantungku tiba-tiba berdegup kencang seperti ini? Apa ini namanya cinta pada pandangan pertama? Entahlah. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menyingkirkan pemikiranku yang semakin konyol.
Tak terasa hari mulai sore. Udara kembali dingin. Matahari pun semakin tenggelam. Kevin mengantarkanku kembali ke Villa. “Udah nyampe kok, Kev. Di sini. Makasih ya” Ia menjawab diikuti dengan senyuman. “Iya sama-sama. Kalo mau jalan-jalan ke tempat yang laen lagi aku siap anter kamu. Kamu hubungin nomerku yang tadi aja. Ntar aku jemput” Ia menawarkanku panjang lebar. Aku mengiyakannya.
Di hari-hari berikutnya kami menjadi lebih akrab dan dekat. Kami pun sering berjalan-jalan bersama. Bercerita, tertawa bercanda bersama. Bahkan makan bersama juga pernah. Ia mengajakku ke rumahnya dan memperkenalkanku pada ibunya. Ibunya sangat ramah padaku. Aku mencicipi masakan ibunya yang sangat lezat. “Sebelumnya Kevin belum pernah lho nak membawa perempuan main ke rumah.” Hah? Belum pernah? Aku yang pertama dong? Aku tertegun mendengar pengakuan ibunya. Tapi aku tetap tersenyum.
3 minggu berlalu. Aku berpamitan pada Kevin dan ibunya untuk kembali ke kota Metropolitan tempat tinggalku. Kevin memberiku sepucuk daun teh padaku dan mengatakan. “Daun teh ini melambangkan Keaslian, Kesegaran dan Kesucian Alam. Begitu juga dengan rasaku kepadamu. Hanya satu pucuk yang melambangkan satu hati yang tulus untukmu yang indah dan sejuk, Anya. Aku pasti akan sangat merindukanmu. Apabila kita berjodoh. Kita pasti akan bertemu.” Sungguh menyentuh hatiku. Aku pun memberikannya sepucuk daun teh juga.
Sudah 2 tahun berlalu, daun teh itu masih tersimpan dalam bingkai kecil dalam kamarku. Dan aku masih menjaga dan merawatnya walau sudah semakin layu. Aku terus memberi pengawet untuk mengawetkannya. Entah mengapa aku masih yakin kalau akan bertemu dengan Kevin lagi. Walaupun dalam 2 tahun terdapat hari-hari liburan, ayahku mengajak liburan di Jogja walau aku terus mengajaknya ke Puncak, Bogor. Ugh.. aku pun terus bersabar.
Aku sudah kuliah sekarang. Aku masuk ke salah satu Universitas Negeri di Jakarta. Dan aku mengambil jurusan Ilmu Pertanian karena aku mengingat Kevin dan alamnya. Di masa Orientasi aku berulang tahun. Aku dikerjai oleh senior-seniorku. Aku disuruh mencari senior yang bernama Kevin setelah aku disuruh menceritakan kisah cinta pertamaku. Dan mereka menertawakan ceritaku.
Aku pergi ke Ruang Dekan dan meminta Daftar Nama Mahasiswa di Universitas ini. Kubuka dari halaman ke halaman dan aku menemukan satu nama yang sangat familiar bagiku. Satu nama yang membuat jantungku berdegup kencang. Satu nama yang sangat aku rindukan. Kevin Lukas. “Terima kasih, Pak” aku mengembalikan buku itu pada Pak Joko selaku Dekan di Fakultasku dan berlari bertanya sana-sini. “Kamu tau Kevin Lukas nggak?” “Kamu kenal mahasiswa yang bernama Kevin Lukas nggak?” “Kamu tau dia dimana?” itulah pertanyaan yang aku lontarkan pada setiap orang yang ku lewati.
Hingga pada akhirnya ada seseorang yang tau dan menunjukkan bahwa Kevin Lukas ada di Perpustakaan aku langsung berlari ke perpustakaan. Aku mencari dari setiap slot ke slot yang lain dan deg aku menemukannya. Dari jarak sekitar 1 meter aku memperhatikan orang tersebut dengan teliti. Dan benar saja. Itu Kevin yang sangat aku rindukan. Tak terasa air mataku menetes. Kevin masih mencari buku hingga beberapa detik kemudian ia menyadari bahwa ia sedang diperhatikan, lalu menoleh padaku. Ia tak kalah syoknya denganku. Ku lihat matanya berkaca-kaca. Ia menjatuhkankan buku yang dibawanya lalu berlari memelukku.
Sungguh di luar dugaanku. Aku bertemu dengan Kevin? Benar-benar Kevin? Terima kasih Tuhan. Dia mengatakan sesuatu padaku. “Sepucuk daun teh itu benar-benar terjadi. Nyata. Aku bertemu denganmu lagi. Dan kamu harus tau satu hal Anya.” Ia menghentikan kata-katanya dan melepaskan pelukannya. Menggenggam erat tanganku lalu mengecup keningku. “Setelah kembalinya kamu ke Jakarta, tak ada satu pun yang menggantikanmu di hatiku. Aku juga sengaja kuliah di Jakarta untuk bertemu denganmu. Sebenarnya aku mendapat beasiswa kuliah di Jerman. Tapi aku menolaknya. Aku ingin bertemu denganmu. Aku sangat merindukanmu, Anya!” Aku tak bisa berkata-kata. Hanya air mata yang keluar. Iya Kevin. Aku juga sangat merindukanmu.
Cerpen Karangan: Dayandini Hastiti Putri

POHON PERSAHABATAN

POHON PERSAHABATAN


“Kenapa sih harus aku yang alami ini… Tuhan…? kapan semua ini berakhir… Aku lelah mengahadapi semua ini, Tuhan… aku lelah… aku lelah Kapan semua ini berakhir. Kenapa harus aku? kenapa aku, yang alami ini semua”. kata kata itu adalah kata-kata yang selalu mewarnai kamar ini, kata-kata itu bagaikan sebuah janji sakral yang selalu terlontar dari mulut, Setiap pulang sekolah tak pernah lupa kata itu terucap. Yang hanya mendengarkan kata kata itu ialah kamarnya sendiri, tempat terindah untuk melontarkan kekacuan hati
Oh iya! Aku Nayra Anindia Putri D. Nata. Aku bersekolah di salah satu SMA terkenal di kotaku yaitu SMA ALTAVIA. Aku merupakan salah satu korban yang tahu bagaimana kejamnya bullying di sekolahku, kasian bener ya nasib hidupku.
“Nayra… Ayo bangun, sekarang udah jam berapa” teriak ibukku yang Membuatku terbangun dari tidur indahku.
“iya ma, nih udah bangun” aku pun bangun dan segera menuju kamar mandi, setelah itu bersiap siap untuk ke sekolahku.
Aku hari ini pergi sekolah, seperti biasa menggunakan mobil yang selalu setia mengantarku pulang dan pergi sekolah yaitu angkot. Ya aku biasa naik angkot ketimbang aku harus naik bis. Yang begitu sesak dan harus berhimpitan mana aroma aroma yang beradu yang pasti membuatku sesak. Tapi hari ini terpaksa aku harus naik bis dan harus mencium aroma aroma yang membuat hidung tak mampu untuk menghirup udara segar.
Tak beberapa lama aku naik bis akhirnya aku sampai di sekolahku yang begitu cetar membahana, Yups? SMA ALTAVIA dengan bangunannya yang berdiri kokoh dengan megahnya. Aku pun menyusuri koridor SMA ALTAVIA dengan seksama terbayang akan peristiwa peristiwa yang akan aku hadapi saat aku memasuki kelasku X 9.
Sebelum aku masuk aku sempat merapikan penampilanku, membenarkan posisi kacamataku yang kata orang aneh gitu, merapikan bajuku, merapikan rambutku yang dikucir dua kelabang yang tergerai di baju seragamku. Hingga akhirnya aku menginjakkan kakiku di depan pintu kelas ku yang tertera X 9. aku pun memberanikan diri memasuki kelasku yang bagaikan kelas maut itu.
“hahahaha… Anak culun udah datang, selamat datang tuan putri di kelas tercinta ya” tungkas Helen sambil menertawakan kehadiranku yang disambut dengan tawa oleh penghuni kelas terkecuali teman terdekatku Rania. Ya Rania adalah teman terdekatku yang kumiliki
Aku pun menuju bangkuku tanpa menghiraukan hinaan dari penghuni kelas. Aku sudah terbiasa mendengar celotehan dari mereka karena itu bagaikan makanan sehari-hariku. Aku sudah kebal atas tindakan dan hinaan mereka. Aku mempunyai kata-kata yang membuatku selalu kuat menghadapi ini semua “sabar… sabar… Nayra… orang sabar disayang Tuhan dan banyak rejeki. tenang aja Mereka pasti akan dapat balasan yang setimpal atas tindakan mereka Nayra. Nanti tinggal tunggu waktunya aja. Ingat Tuhan itu adil kok. Jadi hadapi dengan sabar ya, jangan lupa senyum ya”. Itulah kata yang membuatku tegar menghadapi semua perkataan mereka tentangku
“Nay… lo yang sabar ya” tungkas teman terbaikku Rania dialah teman di kelas ini yang mau berteman denganku. Yang mau menerima kekuranganku sungguh aku bahagia memiliki Teman seperti dia.
“nggak apa apa kok Ran, udah kebal aku sama omongan mereka kok, jadi tanang aja masuk telinga kanan dan keluar dengan mulus di telinga kiri” jawabku dengan menyodorkan senyumku agar rania tak khawatir dengan ku
“iya iya Nay, aku tau kamu orangnya kuat kok” kata Rania sedikit menghiburku
Setelah percakapan sebentar kami itu datanglah pak guru yang diiringi dengan seorang cewek yang terasa asing di sekolah ini. Cewek cantik, kulitnya putih, ditambah lesung pipit yang membuat cewek itu tambah cantik serta aura kecantikannya tuh Waw… keren habis deh. Kapan aku bisa kayak dia, pasti semua cowok cowok akan takluk sama aku (sebelum aku selesai mengkhayal Rania mencubit tanganku, sumpah cubitannya pedes amat sampai buatku menjerit kecil)
“kenapa kamu melamun kamu sakit yah Nay”
“aku nggak apa apa Ran tapi sumpah kamu tega amat Ran, sakit bener tau. cubitan kamu pedes amat” kataku sambil menampakkan wajah sedih
“RANIA… NAYRA… ada apa” kata Pak Yoddy yang membuat seisi kelas menatap tajam ke arah kami dan anak baru itu hanya senyum senyum aja melihat kami berdua
“Tidak ada apa apa kok pak” kata kami berbarengan
“Pagi anak anak, hari ini kalian kehadiran anak baru Bapak harap kalian dapat menerima dia sebagai teman kalian dan nak Silahkan perkenalkan dirimu kepada teman teman barumu” tungkas pak Yoddy dan mempersilahkan anak baru itu memperkenalkan diri
“ya pak, Teman teman perkenalkan nama saya Aira febrianti Keysa Herdianti. Saya pindahan dari SMA AIRLANGGA Bandung. Semoga kalian dapat menerima saya disini ya” kata Aira dengan suara lembutnya dan senyum yang terurai begitu ramahnya
“jikalau ada yang ingin ditanyakan kepada Aira, nanti kalian bertanya lagi dengannya saat jam istirahat nanti” tungkas pak Yoddy dengan mengakhiri perkenalan Aira dan memulai pelajaran fisika hari ini
“iya pak” jawab anak serentak
Bel istirahat pun berbunyi. Rania mendadak pulang karena sakit asmanya kambuh, karena aku nggak mau sendirian. Maka dengan langkah cepat segera, aku melarikan diri dari kelas yang mengerikan ini. Menuju tempat terindah, tempat kedua setelah kamarku untuk melepaskan kepenatanku selama berada di kelas. Tempat ini dimana ku habisi jam istirahat yaitu taman di belakang sekolahku. Tempat ini adalah tempat yang termasuk paling jarang dijarah oleh siswa tempat ini selalu saja sepi karena anak anak lebih menyukai suasana taman di depan sekolah kami ketimbang taman belakang sekolahku ini tapi menurutku tempat ini menyimpan memori kenangan dengan Sahabat kecilku. Yups sahabat kecil karena jangan salah dari kecil aku sering kesini selain untuk siswa tempat ini juga tempat umum tapi tempat ini jarang ada yang datang, ya kalau datang aja hanya beberapa orang itu pun bisa dihitung dan sekolah ini merupakan SMA yang ku favoritkan karena sekalian sekolah aku juga bisa melungkan waktuku saat isrirahat sekolah disini.
Di bawah pohon rindang aku jadikan tempat untuk sandaran punggungku, aku pun membaca novel yang ku bawa dari rumah yang ku persiapkan tuk membacanya disini, Angin yang berhembus sepoi sepoi yang membuat tempat ini sangat sejuk dan nyaman. Tapi aksi membacaku terhenti ketika aku mendengar langkah kaki seseorang, sungguh jarang sekali ada orang kesini apalagi jam segini, mana mungkin ada yang kesini, Rania nggak mungkin deh kan dia nggak mau pergi sendirian kesini karena dia takut katanya tempat ini tampak seram jadi mana mungkin dia kesini. Dengan segera Aku pun mencari dari mana asalnya langkah itu.
Sekilas aku melihat cewek cantik yang memperkenalkan diri di kelas menyapaku.
“hay Nayra…” sapa cewek cantik itu dengan suara khasnya yang begitu lembut serta lesung pipit yang selalu menghias senyumnya
“iya kamu Aira kan, ngapain kamu kesini Ai” tanyaku ke Aira sedikit heran karena bagaimana dia tau taman ini kan taman ini jarang ada yang tau, bahkan anak yang sudah beberapa tahun sekolah disini aja banyak yang nggak tau, tapi anak baru kayak Aira mengetahui taman ini
“ini adalah tempat favoritku bersama temanku. Tempat ini adalah saksi persahabatan kami berdua, tempat pertama dan terakhir kami berjumpa” aku tersentak mendengar pernyataan itu. Dan aku pun yang biasa malu untuk bertanya dan membiarkan diriku dibilang orang itu cuek, kan gimana aku kan pemalu jadi wajarlah kan. Tapi entah kenapa aku memberanikan diriku bertanya, aku aja bingung kenapa aku ingin mengepoi kehidupan masa lalu Aira
“apa sahabat kecil” tanyaku keheranan ke Aira
“tapik ini dia udah…”
“ayo Nay kita ke kelas bentar lagi jam istirahat habis” kata Aira sambi lmenunjukkan jam tangan hellokity yang ia kenakan kepadaku lalu menarik tanganku untuk pergi meninggalkan tempat ini dan kembali lagi ke kelas. Sebenernya sih aku ingin sekali melanjutkan aksi kepo ku tapi Aira mengakhiri aksiku jadi niatku harus tertunda deh
Aku dan Aira sampai di kelas tapi ketika kami ingin masuk kami dihadang oleh Nisa Cs
“hai nona cantik Aira dan hai nona culun” sapa Nisa ke Aira dan Meledekku dengan nada yang menyebalkan, jijik bener deh lihat tingkah dan gaya omongannya tuh.
“iya” jawab singkat Aira
“Oh… iya? Aira kamu kenapa sih mau main sama anak culun dan menyebalkan kayak dia, kamu nggak pantes main sama anak culun ini dan kami dengan senang hati mau nerima kamu jadi anggota kami kok. Iya kan guys…?” tanya Nina ke Aira dengan kata kata yang seolah olah aku adalah manusia yang sangat rendah yang nggak pantas mempunyai teman
“kenapa aku nggak boleh berteman sama dia, toh dia kan juga baik” jawab Aira membelaku
“dia nggak pantes punya temen dia tuh culun dan bikin malu aja, dia tuh nggak pantes punya teman” jawab balik Nisa yang membuat air mataku hampir bercucuran, aku menguatkan diriku sekuatnya agar tangiku tak pecah dan bertanya pada diriku sendiri apakah aku memang tak pantas mempunyai teman, apakah aku memang sangat memalukan seperti dikatakan Nisa. Tuhan…? Apa salah yang ku perbuat sehingga aku sampai segitunya di mata mereka, sejelek itu kah aku di pandangan mereka.
“tapi dia juga makhluk Tuhan, dia sama seperti kita. nggak ada bedanya kali. Yang bedain kita tu hanya amal amal kita aja jadi dia pantes kok untuk berteman sama siapa saja dan kalian anggota Nisa cs kalian sangat memalukan karena menganggap seseorang serendah itu, hanya dari penampilan luarnya saja dan seharusnya yang nggak pantes punya teman adalah kalian, kalian sangat memalukan” ujar Aira. Sungguh kata kata Aira mengagetkanku bahkan semua orang yang mendengar adu mulut ini.
“loh diperingatin dan dikasih tau kok jadi nyolot kayak gini” bentak Lia salah satu anggota Nisa Cs yang membuat keadaan di depan kelas kami yang mulai dipenuhi sesak karena orang orang sekitar kelas kami memadati tempat adu mulut, bahkan tak tanggung murid dari kelas sebelah pun rela untuk datang, untuk menonton tontonan gratis antar Nisa CS dan seorang anak baru yang cantik yang berani melawan geng Nisa Cs, demi seorang anak culun yang nggak ada apa apa dibandingin mereka.
“aku nggak butuh peringatan kalian dan siapa yang nyolot kalian yang nyolot duluan, liat kalau kalian berani ganggu dia. maka kalian akan berhadapan denganku Aira Febrianti Keysa Herdinata, camkan itu” gertakan Aira kepada Nisa Cs sambil menunjukkan tanggannya ke arah ku agar semua orang tau kalau nggak ada yang boleh ganggu aku kalau nggak mau cari masalah dengannya. Waw… kata kata itu bagaikan kata dari seorang ratu kepada seluruh agar dipatuhi dan tidak dilanggar serta bagi rakyat yang berani melanggarnya akan tidak aman selama hidup, keren bener kan. dan sumpah deh gertakan Aira membuatku tertegun baru kali ini ada orang yang rela membelaku selain Sahabat kecilku key. Dan Aira adalah orang yang baru ku kenal tapi dia mau membelaku. sungguh dia bagaikan malaikat yang dikirimkan Tuhan sebagai penolongku.
“dasar anak nggak tau diri, asal lo tau ya. Banyak orang yang ingin gabung sama geng kami, tapi lo sok jual mahal. ditawari dengan baik malah nyolot dasar buang kesempatan emas loh. apa namanya kalau bukan bodoh” kata Sella yang tak mau kalah, kata kata sella memang santai tapi kata kata itu sangat tajam yang dapat membuat orang yang mendengarnya teriris hatinya dan sakit hati bener. Memang kuakui banyak yang mau gabung dengan kelompok Nisa Cs bukan hanya di kelasku ini tapi di kelas lain juga banyak yang mau gabung, karena siapa yang nggak kenal geng Nisa Cs, secara geng mereka memang cukup terkenal di SMA ALTAVIA. Mungkin benar apa yang dituturkan Sella hanya orang bodoh yang nggak mau gabung. tapi aku salut sama Aira
“apa? kesempatan emas? Apa kalau aku nggak ikut kelompok kalian aku bakalan nggak masuk surga, nggak juga kan. Ikut kelompok kalian sama saja mencemplungkan diri ke neraka tau” penuturan Aira membuat orang yang mendengar keheranan. karena di dunia ternyata masih ada pahlawan selain pahlawan kesiangan dan aku hanya diam serta tertegun mendengar semua itu air mataku pun tak terbendung lagi, airmata ku mengalir di kedua belah kelopak mataku
“Nay ayo kita masuk kelas aja, nggak usah dengerin ucapan sampah mereka” ajak Aira kepadaku sambil menarik lengan tanganku masuk ke kelas
Tak beberapa setelah masuknya Nayra dan Aira tempat yang sejak dimulai aksi adu mulut itu dipadati oleh penonton yang menonton gratis aksi itu pun sejenak satu persatu pergi meninggalkan tempat itu menuju ke kelas masing-masing atau ke kantin serta kemana saja yang mereka kendaki. Nisa Cs pun juga memasuki kelas dengan tampang kesal karena baru ada orang yang berani melawan mereka bahkan menolak mentah mentah tawaran mereka tuk bergabung di gengnya, sangat memilukan bukan. Tak lama setelah semua anak memasuki kelas dan guru pun tak beberapa lama memasuki kelasku.
Bel sekolah pun berbunyi yang menandakan berakhirnya pelajaran pada hari ini
“Nay kamu pulang sama siapa dan kalau kamu pulang sendirian ikut aku aja” ajak Aira saat aku sedang merapikan semua buku buku ku tuk dimasukkan ke dalam tas ku
“aku pulang sendirian Ai tapi aku ingin ke taman dulu” jawabku ke Aira
“kalau itu kita barengan aja yah aku juga kangen tempat itu. Aku masih rindu tempat itu” kata Aira yang tak lupa dengan senyum manisnya
“oke oke Ai”
Kami pun pergi meninggalkan sekolah dan bersama menuju ke taman selama di perjalanan aku hanya mendengarkan penuturan Aira tentang pengalaman dan kisah dia selama di Bandung masalah cinta teman dan lain sebagainya aku pun mulai akrab dengan Aira. Setelah asyik bercerita Tak terasa kami pun sampai di tempat tujuan kami
“selamat datang taman tercinta, sungguh aku rindu kenangan semuanya” kata Aira dengan senyuman penuh kebahagian yang dipancarkannya
Aku yang melihat tingkah Aira hanya tersenyum saja sambil meletakkan tasku dan mengambil sebuah novel yang kubaca saat istirahat yang belum sempat ku selesaikan bacanya. Dan Aira masih sibuk dengan kenangan masa lalunya.
“Nay, loh pernah ngerasain bahagia banget. Bisa berbagi suka dan duka sama sahabat dan lo punya nggak sahabat?” tanya Aira yang membuatku menyetop aksiku membaca novel.
“aku pernah ngerasain itu Ai dan aku punya sahabat tapi itu dulu” jawabku singkat karena aku nggak mau mengingat itu lagi karena itu hanya akan lagi menimbulkan goresan dalam hatiku saja
“hmm iya iya dan Nay Aku mau cerita tentang sahabat kecilku yang terpotong tadi” kata Aira
“oke oke Ai aku siap kok dengerinnya” jawabku sambil melanjutkan aksi kegemaranku membaca novel
“tempat ini Nay merupakan tempat istimewa bagi aku dan sahabat kecilku bertemu dan berpisah, tempat berbagi suka maupun duka, tempat berbagi cerita kelam maupun senang dan Nay tempat ini adalah tempat ini saksi persahabatan kecil kami. tempat ini banyak terurai kenangan kami serta sehari sebelum aku pergi meninggalkan tempat ini aku pernah menuliskan namaku dan sahabatku di pohon ini tapi aku lupa aku tulis dimana” mendengar penuturan Aira aku pun kaget cerita itu hampir sama denganku. Tapi tadi Aira bilang dia udah… udah apa. Apa mungkin udah meninggal, nggak tau deh. dia itu Aira bukan Key dan nggak mungkin itu Key.
“terus Ai kemana sahabat kecilmu itu” tanyaku masih penasaran Ai itu key atau bukan
“áku nggak tau dia dimana disini adalah tempat setiap kami bertemu, bermain dan berpisah. Aku nggak bertanya dengannya dimana rumahnya”
“kalau begitu gimana kamu bisa tau dimana sahabatmu sekarang” tanyaku ke Ai
“aku juga nggak tau Nay tapi aku yakin disini kami akan dipertemukan lagi. Aku yakin sekali, kami nanti aku bersama kayak dulu lagi” kata aira dengan semangat yang berapi-api yang terpancar di wajahnya.
“oh iya Ai aku mau tunjukin satu pohon terspesial disini dan nanti kamu tunggu aku yah aku mau naik pohonnya bentar aja deh Ai aku naiknya, janji…?” kataku kepada Aira
“kamu nggak ngajak aku naik pohon spesial mu Nay” tungkas Aira memasang wajah cemberut
“apa kamu bisa manjat Ai” tanya ku seolah olah menyindir Ai, tapi itu bener kok gimana mungkin cewek secantik dan sekemayu Aira mau manjat pohon Rania aja yang pernah ku ajak naik pohon ini bilang “what… naik pohon? nggak deh nanti digigit semut” itu kata Rania dan nggak mungkin aja kan Aira mau naik pohon.
“bisa dong. Ayo kita naik pohon” aku pun terkejut karena Aira bisa dan mamanjat pohon yang lumayan tinggi seperti ini. Apa kata dunia yah…?.
“aaayyyooo…?” kataku kepada Aira dengan sedikit tergagap
Aku dan Aira pun naik pohon yang aku tunjukkan ke Aira tadi. Aku naik pohon itu duluan kemudian Aira naik pohon setelah aku dan saat kami sama sama di atas pohon dan bercerita panjang lebar kalung liontinku terjatuh tanpa sengaja.
“Ai kalungku jatuh kamu tunggu sini yah aku ambil kalungnya dulu” kataku kepada Aira
“nggak usah Nay biar aku aja yang ambilin kalung mu” tungkas Nayra
“makasih ya Ai” kataku ke Aira
Aira pun turun dari pohon dan mengambil liotin ku yang terjatuh tadi. Tapi setelah mengambil liontinku dia nggak kunjung naik ke atas pohon dan aku pun memutuskan turun dan saat aku turun aku melihat aira dengan gaya muka yang nggak percaya dan penuh keheranan menatap liontinku. Aku pun memutuskan untuk bertanya kepada Aira tapi saat aku ingin bertanya Aira langsung menatapku dari ujung kakiku sampai ujung kepala lalu memelukku seketika.
“kamu Nindia kan? Nindia sungguh aku sangat rindu sama kamu, aku udah cari kamu kemana mana tapi nggak ketemu kamu. Aku seneng hari ini bisa bertemu denganmu lagi Nindia. Aku janji nggak akan pergi lagi.” ujar saat memelukku, tangisannya pun pecah, airmatanya mengalir deras hingga membasahi baju seragamku.
Mendengar perkataan Aira sungguh aku belum percaya karena aku akhirnya bertemu lagi dengan sahabat kecilku yang sangat aku rindukan dulu yang seketika memulihkan goresan luka hati karena kehilangan sahabat tercinta dan saat melihat Key menngis aku pun menangis dan membalas lagi pelukannya yang dulu pernah kurasakan sebelum dia pergi meninggalkanku
“Key, selama ini kok kamu kemana?. kenapa kamu pergi lama banget?. Kok nggak ngasih kabar ke aku pula?. Tau nggak aku udah kangen sama kamu Key? aku coba tegar nggak ada kamu Key. Nggak ada lagi orang yang belainaku saat aku diganggu anak anak yang nakal kayak dulu Key, Nggak ada lagi yang mau bantu aku saat aku jatuh selain kamu Key? Janji nggak akan pergi lagi ya Key. Aku nggak mau kamu pergi lagi Key, aku nggak mau kehiangan kamu lagi” tungkas ku dan tangisku kini telah menjadi jadi rinduku telah terlampiaskan ke Key
“iya Nindia, Key janji nggak pergi lagi dan Key juga kangen banget sama Nindia” kata Key terisak
“iya Key dan key mau liat nggak pohon yang Key tulis nama kita berdua dulu Key. Sini nindia tunjukkin” kataku ke Key sambil mengajaknya ke sebuah pohon yang tertulis namaku dan namanya
Kami pun sampai di pohon itu dan menuliskan kembali pohon itu nama kami tapi bukan seperti yang dulu ditulis Key dahulu yaitu “NINDIA DAN KEY SAHABAT SELALU DAN AKAN SELALU BERSAMA” sekarang sudah kami tulis lagi yaitu “NAYRA DANAIRA SAHABAT SELAMANYA YANG TAKKAN TERPISAH OLEH APAPUN KECUALI MAUT YANG MEMISAHKAN KAMI BERDUA”
TAMAT

CINTA TULUS DARI AKILA

CINTA TULUS DARI AKILA




“Akila”, ku lihat dia gadis yang ku panggil namanya dengan lembut sedang serius menatap layar laptop di depannya, oiya perkenalkan namaku Nela, sedikit bangga aku sahabat Akila yang paling setia menemaninya, aku dan Kila (sapaan akrabku untuknya) telah bersahabat sejak pertama kali kami sama-sama masuk ke bangku Sekolah Menengah Pertama dan sekarang kami tengah menghadapi tugas akhir kuliah, lama yah. Rasanya baru kemarin aku melihat dia dengan rambut poninya yang tipis sebahu, manis sekali, dan sekarang kami telah sama-sama dewasa. Tapi sekarang ada satu hal yang tak aku mengerti tentang dia, Akila.
“Kila woy, lu gue panggilin diem aja dah” aku memanggilnya lagi, dia memang selalu begitu terlalu asik dengan dunianya. “Hmm, yaa..” Kila menjawab panggilanku dengan malas dan tak memalingkan wajahnya sedikitpun dari layar laptop. “Ini apa? Liat gue bentar” aku tak sabar, sesuatu yang ingin ku tanyakan benar-benar suatu hal yang tak bisa ku mengerti. “Apaan sih, Nel? Lu ganggu gue aja dah!” akhirnya Kila mengalah, dia menatap layar laptop yang saat ini ku pegang “Oh itu..” Kemudian ia kembali menatap layar laptopnya sendiri.
“Kila, gue serius, tolong jelasin ini apaan?” Sedikit kesal aku melihat keacuhan Kila kali ini.
“Hmmm” Kila menggeser posisi duduknya “itu blog gue, Nel. Kenapa?” Kila merapikan rambut sebahunya yang menjuntai berantakan “Lu kan tau gue demen nulis, masa lu tanya sih itu apaan, Nel.” lanjutnya.
“Ya, ya gue tau lu demen nulis, tapi isi tulisan lu ini maksudnya apaan? Ada yang lu sembunyiin dari gue ya?” Aku masih penasaran dan ingin mendengarkan penjelasan seutuhnya dari Kila.
“Nela sayang, itu blog gue ya tulisan gue, kan gue udah pernah bilang ke lu, belum tentu semua yang gue tulis itu tentang gue, ya kan?” Aku terdiam mendengarkan ucapan Kila, rasanya ada benarnya juga, tapi yang ini aneh, tulisan-tulisan Kila kali ini seperti sedang menuliskan kisah nyata seseorang yang tak asing bagiku. “Oke, udah gue jawab kan? Gue mau lanjut ngetik nih, deadline cuy” Kila kembali asik menatap layar laptopnya.
‘Ah mungkin iya ini hanya firasatku saja’ rutukku dalam hati. Kemudian aku meninggalkan Kila yang sibuk dengan laptopnya menuju kamarku.
Di dalam kamar aku kembali stalking blog Kila, cerita yang sedang ku baca mengharukan sekali, kisah seorang wanita yang akhirnya merelakan lelaki yang dicintai untuk bahagia dengan jalannya sendiri, wait! Tunggu, ini apa. Ya Tuhan, Akila, aku harap kamu sedang tak berbohong padaku. Disitu tertulis “jika saja Alexandria tak pernah menyerah dengan sesuatu yang belum tentu takdir Tuhan, jika saja Alexandria yakin bila Andromeda adalah cinta sejatinya, mengapa Alexandria harus menyerah saat itu? Padahal Alexandria tau, ia sangat mencintai Andromeda…”
Alexandria Andromeda kedua nama itu tak asing lagi di telingaku, ya Tuhan Akila, aku benar-benar tak menyangka, akhirnya aku mencoba mencari kebenaran dengan apa yang aku fikirkan, ku baca dari post terlama yang Akila kirimkan, satu persatu, perlahan-lahan, dan tanpa terasa air mataku menetes. Akila, masih saja seperti dulu, seseorang yang ku kenal 8 tahun yang lalu. Di sini kembali, masih di depan layar laptop aku menerawang jauh ke delapan tahun yang lalu.
Saat itu aku dan Akila masih duduk di bangku kelas sembilan SLTP, Kila sedang jatuh cinta dengan laki-laki kelas sebelah, namanya Arai. Setiap hari topik pembicaraan kami hanya membahas tentang Arai Arai dan Arai, tak ada yang lain, bahkan lucu sekali ketika Akila meneteskan air mata menceritakan tentang Arai, sebenarnya aku kesal kenapa Kila harus selebay itu mencintai Arai. Tapi aku sebagai sahabat yang baik tetap setia mendengarkan cerita Akila.
Arai, laki-laki pendiam yang memiliki senyum manis dan tatapan mata yang tajam menghanyutkan menurut Akila. Memiliki nama lengkap Arai Febrian, dia satu komplek perumahan dengan Akila. Kata Akila, sebenarnya dia telah mengagumi Arai sejak masih duduk di bangku kelas 5 SD, bolehlah aku mengatakan Akila gila, sejak kelas 5 SD dan itu sudah 4 tahun lamanya Akila masih memujinya setinggi langit seperti ini, huft banget kan? Sekarang saat kami kelas sembilan, Akila baru diberi kesempatan untuk dekat dengan Arai, dan itu membuat Akila semakin gila, tiada hari tanpa menceritakan Arai, Arai, dan Arai, sepertinya di dunia Akila hanya ada Arai seorang. Akhirnya pucuk dicinta ulam pun tiba, Arai dan Akila jadian, well aku ikut bahagia melihatnya, mereka memang serasi sekali memiliki sorot mata yang sama dengan alis tebal yang hampir mirip, pokoknya meski mereka bukan golongan orang yang cantik dan tampan tapi mereka cocok, sangat ideal.
Satu sekolah kami tahu bagaimana jalan cerita cinta antara Arai dan Akila, tak jarang juga tatapan-tatapan iri yang melihat keharmonisan mereka, aku pun iri, rasanya ingin memiliki pasangan seperti Arai dan Kila, sama-sama saling mencintai dan menyayangi sepenuh hati, selalu ku lihat cinta dimata Arai dan Kila saat mereka saling menatap, ummm pokoknya mereka so sweet. Dan kisah mereka seperti kisah-kisah bahagia di dunia dongeng, selalu bersama bahagia, saat Kila kesusahan, Arai orang pertama yang akan membantunya selain aku, saat Kila menangis, Arai adalah tempat bersandar terbaik yang dimiliki Kila saat aku tak ada, lebih dari berbulan-bulan sampai saat kelulusan Arai dan Kila akhirnya mendapatkan sekolah yang berbeda. Meski begitu mereka tetap selalu bersama, ya walaupun gak dipungkiri juga ada keributan-keributan kecil yang tak terhindarkan, sampai suatu saat Arai menyerah mempertahankan Kila.
Aku ingat sekali saat itu, ulang tahun kedua Arai bersama Kila, Arai meminta Kila berhenti mencintainya, Arai bodoh sekali mana mungkin Kila yang begitu mencintainya mampu melupakan dia begitu saja, disitu aku sebagai sahabat Kila yang paling baik melihat sendiri betapa terlukanya Kila dengan keputusan Arai. Tapi memang mereka memiliki cinta yang sama-sama besar, akhirnya mereka kembali bersama lagi, bertahun-tahun sampai pada suatu hari Kila mendapat teguran dari keluarganya, mereka meminta Kila untuk tak melanjutkan hubungannya dengan Arai. Sebenarnya hal itu telah lama terjadi, tapi Kila selalu mempertahankan hubungannya dengan Arai, karena Kila yakin, Arai adalah cinta pertama dan terakhirnya, tapi yang saat itu terjadi benar-benar menggoyahkan kekuatan cinta Kila, karena Arai yang mulai berbeda dan Kila yang mulai tak memahami Arai, akhirnya saat itu mereka memutuskan untuk berpisah, benar-benar berpisah, karena faktanya sampai saat ini setelah 5 tahun kejadian itu berlalu tak ada lagi Arai dan Akila yang menyatu meski mereka tetap akrab layaknya seorang sahabat.
Ah, kenapa aku harus menerawang sejauh ini? Tapi serius aku benar-benar tak menyangka selama ini aku masih setia menemani Akila, menjadi tempat dia menceritakan berbagai hal tentang kehidupannya, tentang kisah cintanya dengan laki-laki lain selain Arai, tapi aku tak pernah mendengar kisah tentang ini lagi setelah perpisahannya dengan Arai lima tahun silam. Akila masih mencintai Arai, rasanya menohok sekali, teman macam apa aku ini, masa aku sama sekali tak mengerti tentang perasaan Akila.
Memang sih, hal aneh ini sudah aku cium sejak terahir kali Akila menjalin hubungan dengan laki-laki lain tiga tahun yang lalu, Akila tak pernah lagi menceritakan tentang laki-laki yang biasanya begitu banyak mencoba masuk dalam hidup Kila. Pernah aku tanya apakah Kila tak mencoba membuka hati untuk laki-laki lain selain Frans, nama pacar terakhirnya. Kila hanya tersenyum pias, aku kira selama ini dia memilih sendiri tanpa laki-laki karena Kila belum bisa melupakan Frans, tapi faktanya Ya Tuhan, ternyata ini jawaban dari semua pertanyaanku, Kila masih mencintai Arai, ah Kila.
Rasanya ini tak mungkin, karena Kila tak pernah menceritakan bagaimana perasaan Kila pada Arai, terahir Kila cerita tentang Arai dua tahun yang lalu, semester tiga di bangku kuliah, dia hanya bercerita bahwa Arai telah memiliki seorang kekasih yang cantik dan anggun, well apa aku yang kurang peka, tak ada gurat kekecewaan di sana tak ada rona kecemburuan yang ada Akila bahagia, tersenyum dengan lesung pipinya, aku pun ikut senang mendengarnya. Lucu sekali kan bagaimana mungkin Akila bisa membohongi perasaanya sendiri, menutupnya terlalu rapat sampai-sampai aku sahabat yang hampir 24 jam bersamanya pun tak mengerti perasaan Kila untuk Arai, hanya di blog ini Kila mencurahkan semuanya meski tanpa nama tokoh tapi aku tau ini semua tentang Kila.
Keesokan hari…
Akila sedang merapikan rambutnya yang ia kuncir satu di belakang ketika aku menghampirinya, dasar bocah sudah sebesar ini masih menguncir rambut macam anak SMP. “Lu mau kemana, Kila?” Tanyaku padanya. “Gue mau ke toko buku, katanya ada novel baru, ikut gak?” Jawab Kila. Aku fikir mungkin ini waktu yang tepat untuk meminta penjelasan dari Kila atas apa yang aku pertanyakan semalam, “oke gue ikut, tapi abis itu mampir ke cafe langganan kita ya, kangen gue nongkrong di sana.”
“Ya, udah sana lu siap-siap, gue gak mau bawa orang kucel model lu ke toko buku” cengir Kila, aku melempar bantal tapi dia berhasil menghindar, payah! “Oke wait!” Aku bergegas menuju kamar.
Setelah mengelilingi toko buku yang Kila maksud akhirnya kita sampai juga ke cafe yang aku maksudkan. Aku sudah tak sabar menginterogasi Kila soal hal ini, “Kila, gue mau tanya serius, tapi lu harus jujur jawabnya.” Tandasku.
Kila tertawa sambil menyeruput cappucino dinginnya “apaan sih lu Nel dari kemaren aneh mulu bawaannya haha.”
“Kila gue serius, gue lagi gak pengen bercanda.” Aku mulai gusar tak tenang.
“Oke oke nona cantik, silahkan tanya, apa-apan sih ini Nela, sakit ya lu?” Kila memegang keningku tapi langsung aku tepis.
“Lu masih suka sama Arai ya?” Gotcha! Kila tersedak, terbatuk-batuk sampai merah pipinya.
“Haah? Haha, lu bercanda ya Nel, lu kan tau dia udah punya cewek” Kila menenangkan dirinya, ah Kila, kamu lihay sekali membohongi perasaanmu, tapi kali ini tidak lagi.
“Lu gak usah boong, Kila. Gue udah baca semua isi blog lu, ya ampun, gue baru sadar semuanya sekarang, kenapa lu gak pernah cerita ke gue?” Sungutku. Kila terdiam, lalu..
“Gue harus jawab apa, Nel?” Masih dengan muka menyebalkannya.
“Lu harus bilang jujur ke gue! Harus, gak pake nawar!”
“Oke baiklah, ahaha lu tau sendiri Nel gue bukan orang yang mudah boong, apalagi sama Lu, gue ngelak juga percuma, haha” apaan coba Kila ketawa gitu, faktanya dia berhasil membohongiku tiga tahun ini.
“Gue emang masih cinta sama Arai, ya ya cinta yang dulu, yang pernah gue coba lupain tapi nyatanya itu cuma bikin gue bener-bener tau kalo sebenernya gue emang cintanya sama Arai bukan Frans juga bukan yang lain.”
Terkejut aku mendengarnya, “terus lu udah pernah nyoba bilang perasaan lu ke Arai, Kil?” Tanyaku.
“Enggak, haha. Pernah sih gue kodein, dulu pas pertama gue putus sama Frans, Arai demen banget tuh mancing-mancing gue biar gue bisa keinget masa lalu gue bareng Arai. Tapi ya gitu..”
“Gitu gimana?” Aku semakin penasaran.
“Ya gitu, setelah gue inget semua hal yang dulu pernah terjadi antara gue dan Arai, dia malah menghindar dari gue, gak tau sih ini perasaan gue aja apa gimana, yang jelas Arai mulai menjauh dari gue, emang sih masih sering telponan, setiap gue galau juga dia dateng, nemenin gue, ngehibur gue, tapi setelah itu dia menghilang..” Kila menghabiskan sisa Cappucinonya.
“Dan lu diem aja?”
“Iyalah, emang gue mau apa kalo di sananya udah kaya gitu, lu faham gue kan Nel, gue bukan orang yang suka maksa orang.”
“Tapi Kila, Arai gak tau kan perasaan lu sebenernya gimana?”
Kila terbahak. “Jangankan Arai, lu sahabat gue sendiri aja gak tau kan? Haha”
“Ah iya, lu gak pernah ceritain ini.” Aku dan Kila sama-sama terdiam. “Terus lu mau gimana, Kila?” Aku memecah keheningan.
“Yaa gak gimana-gimana, haha. Gue menikmati semua ini kok, mencintai dalam diam, mencintai tanpa ada yang tau hehe.”
“Kok lu bisa? Akila yang gue kenal tuh orang yang selalu ekspresif dengan apa yang dirasain, kalo suka bilang suka kalo engga bilang engga, kenapa sekarang kaya gini?”
“Nel, lu kan tau semenjak gue sama Frans dulu gue udah berusaha menjadi pecinta yang baik, entah baik yang bagaimana yang jelas asal Frans bahagia ya gue ikut bahagia, begitu juga sama Arai, yang penting dia bahagia aja..”
Kami sama-sama terdiam, menikmati fikiran kami masing-masing. Lalu..
“Sebenernya gue udah nyoba bilang perasaan gue ke Arai, Nel.”
“Terus?”
Kila menghela nafas. “Arai gak percaya, kata Arai gak mungkin gue masih sayang Arai, karena gue segitu galaunya pas ditinggalin Frans.” Sekarang aku lihat betapa terlukanya Akila yang aku kenal. “Dan lu tau gak Nel, pas itu gue langsung putus asa, gue gak tau harus bilang apa hehe apalagi pas gue tiba-tiba jadi galau gara-gara Arai bukan Frans, dia bilang gini ke gue Nel ‘Kila, gue tau perasaan lu, gue juga sering kok galau tiap keinget lu, inget jaman gue dulu masih sama lu, tapi bukannya hidup itu harus maju ke depan, Kil? Bolehlah sedikit galau dan ngelirik masa lalu, tapi jangan keterlaluan, kita tatap masa depan, oke?’ Dia bilang gitu, Nel. Gue harus gimana coba? Haha” ada luka yang aku dengar di suara Kila, tapi aku pun tak bisa berbuat banyak.
“Berarti lu harus move on Kil..” Sebenernya gak yakin sama saranku barusan, ini sudah lepas tiga tahun dan Kila masih stuck aja, apa move on sesusah itu buat Kila?
Kila merubah posisi duduknya, kali ini lebih santai, bersender ke sofa dan mata melihat ke langit-langit cafe.
“Gue bukan tipe orang yang seneng melakukan apa yang lu sebut ‘move on’ Nel, gue cuma percaya sama takdir, kalo sekarang gue masih stuck kaya gini ya mungkin takdir gue emang kaya gini, gue cuma bisa hidup di masa lalu Arai, bukan untuk masa depan Arai, kasian ya gue, padahal dari dulu sampai sekarang hati gue masih ngarah ke dia belum bisa pindah.” Kila menangis, airmata pertama yang ku lihat setelah terahir kali saat kehilangan Frans dulu.
“Kila, sabar..” Aku mencoba merangkul Kila sekarang.
“Ya, gue sabar kok, tapi sekarang gue bener-bener ngerasa putus asa dan gak bisa berbuat apa-apa Nel buat hati gue sendiri, karena bulan depan..” Kila menutup matanya, airmata mengambang di sudut matanya hampir menetes, aku masih memeluk Kila, perlahan bertanya “bulan depan kenapa Kila?”
Kila menangis, benar-benar menangis, sesenggukan, ku ambilkan dia tissue dan menunggu Kila tenang. “Maaf ya Nel, gue cengeng”, “gak papa Kil, lu udah mendem ini sendirian terlalu lama” tanpa terasa airmataku pun ikut menetes.
“Bulan depan Arai nikah, Nel. Gue dapet undangannya, baru aja tadi pagi.” Serasa disambar petir aku mendengarnya, tiba-tiba aku merasakan sakit yang dirasakan sahabatku, aku memeluk Kila semakin erat dapat kurasakan tubuhnya berguncang. “Gue gak tau harus bahagia apa sedih denger ini semua Nel, gue bahagia karena akhirnya Arai menemukan kebahagiaanya, tapi gue sedih, gue gak yakin apa gue bisa ngeliat mereka hidup bahagia dengan anak-anaknya nanti, sedangkan di sini gue masih punya cinta yang teramat dalam buat Arai, gue gak tau harus gimana..”
Aku ikut bingung, bagaimanapun juga Kila sahabatku, kami seperti satu jiwa dalam dua raga. Saat Kila seperti ini aku tak tau harus mengatakan apa, pasti berat, tak mungkin Kila merusak hubungan Arai yang sudah mantap ke jenjang yang lebih serius, Arai berhak bahagia. Tapi ku rasa semuanya belum terlambat, masih bisa ku lakukan sesuatu sebelum akhirnya Arai mengucap janji di depan penghulu, masih bisa kuhentikan karena ku yakin Arai memiliki perasaan yang tak jauh berbeda untuk Kila.
Akhirnya setelah perbincangan kami itu, aku dan Kila memutuskan untuk pulang ke rumah karena senja pun telah jauh meninggalkan kami. Sesampainya di rumah aku melakukan hal gila, tanpa sepengetahuan Kila aku mengirimkan satu email kepada Arai, karena yang aku tau aku hanya bisa melakukan ini untuk sahabatku, Kila.
To: Araifeb{-at-]ymail.com
From: Arnelavi[-at-]ymail.com
Hal: penting Rai, lu harus baca!
Hay Arai, gue Nela masih inget kan? Sahabat deket Kila. Udah lama ya kita gak pernah kontakan, sorry nih kalo email gue agak ganggu lu.
Oke, gue langsung ke topik pembicaraan aja, gue denger lu mau nikah ya, Rai? Kapan? Selamat ya? Kok gue gak diundang haha.
Arai gue tau, ini udah gak penting buat lu, tapi menurut gue sebelum semuanya terlambat gue pengin lu tau, Kila masih sayang banget sama lu, Rai. Gue gak ngerti hati Kila terbuat dari apa, kenapa udah sekian lama waktu berlalu perasaan dia masih stuck ke lu. Gue tau pasti lu gak percaya, karena awalnya juga gue gak percaya, tapi setelah gue baca semua isi blognya dia dan gue tanya langsung ke Kila, ternyata emang bener, dia masih mencintai lu.
Kila konyol ya Rai, kenapa dia harus mendem perasaan dia selama ini cuma sendiri, bahkan gue yang sahabatnya aja gak tau, tapi gue sadar, ternyata itu yang disebut ketulusan. Kila rela tersakiti ngeliat lu sama cewek lain, asal lu bahagia Kila juga ikut bahagia. Keliatan munafik ya? Tapi engga kok, Kila bener-bener tulus sayang sama lu, Rai. Gue takjub ngeliat pengorbanan Kila buat lu, 12 tahun mencintai lu dalam diam ternyata gak pernah ngurangin sedikitpun cinta dia buat lu, terharu gak sih lu ternyata di dunia ini ada yang sayang sama lu kaya Kila? Gue aja yang denger terharu.
Gue emang gatau perasaan lu sekarang gimana ke Kila, tapi gue yakin sebenernya jauh di lubuk hati lu masih ada kan perasaan untuk Kila, ayolah boy semuanya belum terlambat! Inget kesempatan cuma dateng sekali, kalau dua kali berarti itu keberuntungan. Dan gue sebagai sahabat Kila juga sahabat lu, gak pengen dua sahabat gue ini menyesal cuma gara-gara gak memanfaatkan kesempatan yang ada dan membohongi diri sendiri, menikah bukan soal gampang yang ketika bosan lalu berpisah, lu harus ngejalanin sama orang yang bener-bener lu sayang dan lu yakin dia bakal selalu ada buat lu di susah seneng sama lu, dan gue percaya Kila adalah orang yang tepat buat lu, Rai.
Sorry gue ikut campur, gue cuma pengin ngeliat kalian bahagia bersama, bukan satunya bahagia yang lain merasakan bahagia dalam luka. Think again ya bray, gue percaya lu bisa milih mana yang baik buat lu.

Satu tahun kemudian…
Aku rasa sekarang tugasku menjaga Kila sudah selesai, setelah kami mengahiri studi di universitas, Kila mendapatkan pekerjaan yang dia inginkan, dan hey lihat sekarang siapa sosok yang tengah menggenggam erat tangan Akila, Arai. Ya Arai Febrian! Yihaa. Ternyata usahaku saat itu tak sia-sia. Keesokan harinya setelah email setan yang kukirimkan ke Arai, yang Akila marah besar kepadaku karena itu membuahkan hasil, Arai datang dengan sebuklet jasmine di tangannya, well jasmine memang bunga favorit Arai dan Akila. akhirnya mereka kembali lagi, kembali menjadi Akila dan Arai yang dulu, yang saling mencinta dan memiliki sorotan cinta.
“Woy Nel, lu bengong aja kita samperin” Akila mengejutkanku.
“Haah? Oh iya, haha.”
“Malah kaget, liat nih, taraaaa!!!” Kila menunjukkan satu undangan di depanku. Aku terkejut ku buka dan mataku langsung terbalalak, di sana tertulis.
Akila Feranda
Dan
Arai Febrian
Ah Tuhan, terimakasih, akhirnya aku memeluk Akila, dan berdoa semoga kebahagiaan selalu menyertai mereka. Aamiin
Finish :D

TEMPAT TERAKHIR




2 sahabat, Vira dan Arya, selalu berpetualang mencari tempat-tempat yang asik dan indah buat mereka kunjungi, udah banyak tempat yang mereka kunjungi, dari dalam kota maupun luar kota, ini adalah tempat kesekian yang mereka kunjungi, sebuah laut di daerah Lombok.
“Arya, tunggu dong, gue susah jalannya nih” teriak Vira.
“aduhhh lagian lo kenapa pake sepatu gituan sih? Udah tau mau ke laut, biasanya lo juga pake sendal jepit” jawab Arya.
“nyokap gue rese nih, gue dipaksa harus berdandan ala “cewek”, emang dia pikir gue bukan cewek apa?” gerutu Vira.
“haha ya udah sini gue gandeng, biar jalannya gak kaya anak batita yang lagi belajar jalan” Kata Arya.
1 jitakan mendarat tepat di ubun-ubun Arya.
“aww sakit tau, salah ya gue gandeng tangan lo?” tanya Arya polos.
“bukan gandengnya, tapi kata-kata lo barusan nyindir gue tau gak?” jawab Vira.
“nyindir apanya sih?” tanya Arya lagi dengan tampang polosnya.
“masa gue lo bilang anak batita yang baru belajar jalan sih?” jawab Vira cemberut.
Seketika tawa Arya meledak, “hahaha gue pikir apa gitu, Vira Vira” kata Arya sambil geleng-geleng, Vira makin manyun.
“yah manyun, maaf deh maaf, kan gak sengaja” ucap Arya.
“gak da maaf bagimu, huh” kata Vira jengkel dan ngeloyor pergi.
“yah kok gitu? Mau apa? Es krim? Coklat? Atau ngeliat bintang? Jangan ngambek dong” kata Arya memohon.
Kalau udah ngambek, Vira emang suka gitu, diiming-imingin sesuatu yang dia suka dulu baru deh kita dimaafin, “mau semuanya ya?” ungkap Vira sambil nyengir kuda. Gantian sekarang Vira yang dapet bogem dari Arya.
“dasar serakah, perasaan salah gue gak parah banget deh, sampe harus nurutin semuanya” kata Arya bete.
“oh ya udah, gue ngambek lagi nih” rajuk Vira.
Karena Arya gak pengen Vira ngambek –soalnya dia kalau udah ngambek semua bisa jadi sasaran, ribet deh urusannya- Arya menuruti keinginan Vira, dia ngajak Vira beli es krim, tapi Vira sebenernya Cuma di mulut doang, mau ini mau itu, tapi seketika dia lupa sama iming-iming yang Arya kasih.
“eh, Ya, liat deh, lucu ya, kaya kita kecil dulu” tunjuk Vira ke 2 orang anak kecil cewek dan cowok, sedang berebutan es krim. Arya menghentikan langkah dan mengikuti arah telunjuk Vira.
“haha inget aja, iya ya, jadi kangen deh” jawab Arya.
“ya udah kalo gitu, kita ulang lagi aja masa itu, sekarang kita beli es krim yuk” ajak Vira.
“emang kita mau beli es krim kan?” kata Arya mengingatkan.
“hehehe ayo buruan” kata Vira semangat. Arya tersenyum ngeliat sahabatnya sebahagia itu.
Mereka berjalan menuju tukang es krim di dekat pantai itu, setelah mendapatkan apa yang mereka mau, mereka duduk di bawah payung pantai.
“kita berenang yuk Vi” ajak Arya.
“ahh males gue, Ya” jawab Vira.
“yah Vi, ayo dong, bawa baju ganti juga” ajak Arya.
“gak mau ahh, malesss Ya” tolak Vira.
“terakhir Vi, setelah itu gak lagi deh” bujuk Arya.
Vira gak ngeh dengan kata-kata itu, dia akhirnya mau juga diajak Arya berenang, saat itu pengunjung lagi banyak-banyaknya, karena saking banyaknya pengunjung, saat mereka berenang juga gak kelihatan apa-apa, kaki orang semua, yang sepi cuma tengah kesanain, mana berani ada yang kesitu, kecuali yang ahli.
Vira dan Arya nekat kesitu, daripada gak berenang kan mending cari tempat kosong, mereka berenang sambil bercanda, saking asyiknya bercanda, mereka gak menyadari ada ombak besar akan menerjang mereka, dengan cepat ombak itu menipa Vira dan Arya, hanyutlah mereka terbawa ombak itu, pengawas pantai tidak menyadari hal itu, setelah ada orang yang melapor bahwa dia melihat ada 2 orang terbawa arus ombak, sang pengawas pantai langsung mengendarai motor boat supaya lebih cepat sampai ke tengah laut. Sesampainya disana yang ditemukan Cuma seorang wanita mengambang di tengah laut.
Vira sadar setelah 2 hari koma di rumah sakit, nama yang pertama diucapkan adalah Arya, dia ingat terakhir dia bersama Arya di laut, ombak dan setelah itu dia gak ingat apa-apa lagi termasuk sahabatnya itu, namun orang sekelilingnya hanya diam, tak bersuara.
“Arya mana Ma? Arya mana? Kenapa dia gak disini? Apa dia baik-baik aja?” Tanya Vira ke Mamanya.
“tenang sayang, Arya ada disini kok” kata papa nenangin Vira.
“mana? Gak ada” tanya Vira lagi.
“kamu gak bisa ngeliat dia, tapi papa yakin dia bisa ngeliat kamu” jawab papa lirih.
“maksud papa?” Tanya Vira bingung.
“Arya… tidak ditemukan sayang, dia hilang di laut itu” jawab papa lagi.
Vira berusaha mencerna ucapan papanya kemudian dia menangis.
“gak mungkin” katanya gak percaya.

Disinilah Vira, berdiri termenung menatap hamparan laut luas, laut yang telah merebut sahabatnya, tempat terakhir yang dia kunjungi bareng sahabatnya, Arya.
“Arya, dimana pun lo berada sekarang, gue yakin lo masih bisa liat gue disini, gue berdoa semoga kita bisa bertemu lagi”
Kalimat pertama yang diucapkan Vira mengiringi langkah kakinya meninggalkan laut yang juga merasakan kesedihannya, tapi jauh disana, ada senyum yang tulus diberikan untuknya, andai dia melihat.

SAPU TANGAN MERAH

SAPU TANGAN MERAH



Pagi hari yang cerah ini, serasa begitu indah disambut dengan embun pagi yang menetes pelan–pelan di dedaunan. Hari ini serasa sejuk dengan angin yang berhembus pelan menghampiriku. Lizzi memulai pagi yang cerah ini dengan menyiapkan beberapa perlengkapan sekolah yang ingin dibawanya nanti. Lizzi bergegas mandi dan sarapan, Dia memanggil ayahnya “Ayah hari ini lizzi berangkat sekolah sendiri ya?” Kata lizzi. Ayah menjawab “Iya, tapi hati–hati jalanan sangat ramai.” lizzi menjawab “Oke ayahku yang ganteng”.
Rumahku agak sedikit jauh dari sekolahku, tapi itu tidak membuatku patah semangat untuk meraih cita-citaku. Dia mengendarai sepeda dengan santai dan menikmati udara pagi sambil menyanyikan lagu yang kusuka. Setiba di sekolah, lizzi menaruh sepedanya di halaman sekolah. “Huff… capek juga ternyata” kata lizzi.
Aku memasuki kelas ketika Brata membersihkan halaman depan kelas. Dia memanggilku “Hai lizzi” kata Brata. Aku langsung menjawab sapaannya “hai juga.” Brata menghampiriku dan berkata bahwa dia ingin membicarakan sesuatu yang sangat amat penting. Namun apa yang terjadi, bel sekolah sudah berbunyi dan aku segera masuk kelas.
Pelajaran pertama dimulai, kali ini pelajarannya adalah menyulam. “kalian sudah mebawa peralatan untuk menyulam anak-anak?” kata Bu Guru. Aku sibuk mencari-cari peralatan menyulamku di tas, teman-teman yang lain sudah memulai untuk menyulam. Aku kelihatan bingung dan sekujur tubuhku dipenuhi keringat yang menetes di wajahku.
Ternyata peralatan menyulamku ketinggalan ketika ingin berangkat sekolah, “aduhhh gawat nih, aku bisa dimarahin bu guru.” kataku. Aku ketakutan dan aku hampir menangis.
Brata segera menolongku untuk membantu mencarikan. “Ada apa ini?” kata Bu Guru. Aku terus terang kepada bu guru, tapi dengan perasaan tidak enak. Tetapi bu guru tidak marah sama sekali, ketika aku tidak membawa peralatanku. Brata dengan senang hati memberikan sebagian peralatan sulamnya padaku. Aku memulai menyulam dengan didampingi oleh brata yang selalu ada di sisiku. Dia mengajariku dengan penuh ketelatenan dan sabar dalam menghadapiku. Brata mengajak aku untuk bercanda, sampai-sampai tanganku terkena tusukan jarum sulam dan terasa sakit sekali. “Aww, aduhh sakit sekali nih” kataku. Brata langsung meletakkan sulamannya ke meja dan menolongku membersihkan lukaku yang terkena tusukan jarum, dia sangat perhatian denganku. Dia segera berlari mengambilkan obat merah untukku. Berselang itu, aku melanjutkan menyulam dan bercanda dengan dia. “Hati-hati nanti tanganmu terluka lagi.” kata Brata. Aku menjawab “Iya, makasih atas perhatiannya”.
Ternyata dia selesai duluan menyulam. “Woww, hebat juga ya kamu!” kataku. Dia hanya tersenyum. “Raut wajahnya seperti ingin mengatakan sesuatu kepadaku, tapi apa yang ingin dikatakan?” pikirku. Selang waktu berganti dia memulai pembicaraannya dengan kata “aku hanya ingin menyampaikan sesuatu padamu” kata brata. Ketika ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting, bel sekolah sudah berbunyi waktunya masuk sekolah dan memulai pelajaran lagi.
Pelajaran bahasa indonesia dimulai dengan membuat puisi dan harus dibaca di depan kelas. Aku mengintip sedikit puisinya, kulihat itu cukup bagus, tapi apa dia menulis sebuah karangan puisi yang sangat mengharukan, aku hanya membaca judulnya “Perpisahan Seorang Sahabat”. Aku langsung terkejut melihat puisi itu. Ketika bu guru memanggil nama Brata, aku langsung membantunya untuk menyelesaikan kalimat terakhirnya untuk menutup puisinya. Dia membaca dengan menghayati dan sangat dalam hingga mengeluarkan air mata. Teman-teman menatap brata dengan penuh rasa haru dan sedih ketika dia membacakan puisi itu di depan kelas. Aku hanya tertunduk terdiam melihat dia membacakan puisi itu, aku hanya menangis tersedu-sedu melihat dia mengatakan kata-kata terakhir menutup puisinya. “Walau ini perih rasanya meninggalkan seorang sahabat”. Kata brata. Dia kembali ke tempat duduk dan memandangiku. Aku hanya tertunduk lesu sambil menatap dia dengan pandangan yang serius. Dia mengambil sapu tangan merahnya dari saku tasnya dan mengusapkan wajahku dengan sapu tangan pemberian dia. Brata berkata “jangan sedih terus, aku disini akan tetap bersamamu walaupun aku…” Aku memotong pembicaraannya karena aku berfikir pasti ini ada yang tidak beres.
Saat jam kosong, dia membuat sepucuk surat dan aku tidak memperdulikannya. Dia mencoba berbicara denganku, tapi aku tak menanggapinya. Ketika dia ingin mengucapkan sesuatu hal yang sangat penting, bu guru datang dengan membawa seseorang yang ingin menyampaikan sesuatu. “Anak-anak tenanglah sedikit, ini ada pengumuman untuk kalian” kata bu guru. Orang itu adalah ayahnya Brata yang sengaja datang ke sekolah untuk menjemput brata dan ingin membawanya pergi jauh mengikuti jejak ayahnya. Seketika aku hanya memandangi brata yang sangat tertunduk diam dan hanya menatap ke meja. “Apa ini yang akan akan dia katakan padaku?” kataku. “Apa benar brata dan seluruh keluarganya akan pindah jauh?” pikirku.
Ternyata pikiranku tidak meleset sekalipun, brata dan seluruh keluarganya akan pindah ke tempat yang sangat jauh. Aku hanya mencoba tegar dalam menghadapi masalah ini, dia terus memegangi tanganku dan mendekapku dalam pelukannya. Aku terus menangis sambil memeluk brata yang mencoba menenangkanku. “Ini sapu tanganku akan menemanimu dalam setiap waktu.” Aku berfoto-foto dengan dia, walaupun hati terasa sedih dan pilu aku tetap tersenyum melihatnya. Aku pulang dengan memandangi brata dan terus menyebut nama brata.
Sewaktu sampai di rumah, aku melihat sepucuk surat yang tergeletak di lantai teras rumahku. Aku langsung segera mengambilnya dan membaca surat itu dengan penuh hati-hati, ternyata isi surat itu berisi sebuah karangan puisi yang indah dari brata dan di bawah karangan puisi itu “tolonglah kamu datang ke taman dekat rumahmu, aku akan tetap menunggumu disini”. Aku langsung beranjak pergi dan mengayuh sepedaku sambil menggenggam sapu tangan merah. Sampai-sampai aku menabrak seekor kucing yang lewat di depanku, aku menaruh kucing itu di pinggir taman dan aku melihat seorang laki–laki duduk di antara barisan dedaunan yang kering. Nafasku mulai terengah-engah dan memanggil nama “Brata” dan dia pun segera menghampiriku yang terlihat sangat sedih sambil memelukku. Aku tidak bisa berkata apa-apa saat aku ada didekap dia, hanya tangan dan air mata membasahi tubuhku. Aku menangis dan dia juga menangis, dia mengajakku untuk duduk dan berkata “Sapu tangan ini akan menemanimu setiap saat dan sampai kapanpun jiwaku tetap ada di sapu tangan ini, tolonglah jaga sapu tangan ini dengan penuh ketulusan hatimu dan kasih sayangmu yang telah kau berikan padaku.” kata brata. “Mungkin ini memang berat rasanya meninggalkanmu disini sendirian.” Kata brata. Aku hanya bisa memandanginya dan mengeluarkan air mata, rasanya sakit menusuk hati seperti ditusuk–tusuk oleh jarum jahit yang menancap terlalu dalam di hatiku. Dia mengusap air mataku untuk terakhir kalinya dan dia siap pergi meninggalkanku sendirian disini. “Jangan lupakan aku brata, kau tetap ada di hatiku tuk selama-lamanya, aku berjanji”. Kataku.
Aku pulang dengan membawa sapu tangan yang terus melekat di tanganku dan kubawa sepedaku sampai ke rumah.

CINTA SEJATI PART III

CINTA SEJATI PART III


Bagas masih binggung dengan prasaan ini. Tapi bagas akhirnya menceritakan semuanya kpd rafli.
“ah dari pada gue mikirin cindai gak jelas gini lebih baik gua telpon rafli aja dah”tegas bagas
Via telpon :
Rafli : Halo gas?
Bagas : halo raf, gue mau minta tolong nih?
Rafli : bantuan apa gaS? Buruan ya gua lagi sibuk, mudah2an gua bisa bantu lo.
Bagas : hmm, gini nih. Gua dari tadi mikirin cindai mulai raf. Knpa ya?
Rafli : hah? Lo mikirin cindai? Lo suka ya sama dia?
Bagas : hussttt lo diam aja ya? Gua juga gak tau kok tiba2 jadi gini. Mungkin kali ya raf klau gua suka sama cindai?
Rafli : haha, ok deh. Gua bakalan diam aja, mau gak gua bantuin lo nembak cindai
Bagas : hah? Yang benar raf?
Rafli : iya gas.
Bagas : ahh, nanti aja deh nembaknya bulan depan aja grin emotikon biar bisa lbih kenal jauh lagi sama dia
Rafli : ya sudah deh, terserah lo aja. Gua mah ok2 aja
Bagas : ok raf, thanks ya
Rafli : yo'i bro sama2
***
Di sekolah. Bagas, rafli,Marsha,Angel,Gilang dan difa pun berkumpul untuk mengawali paginya di sekolah. Namun pagi ini mereka semua tak melihat cindai berada di sekolah.
Tiba-tiba bel tanda pelajaran akan di mulai pun berbunyi.
Tettt.. Tetttt *anggap suara bel
“slamat pagi anak-anak.”ucap seoarang guru yg bernama pak dave
“selamat pagi pak”balas semua murid bersamaan
“baiklah. Di pagi ini kita akan mengawali pelajaran bahasa indonesia. Keluarkan buku kalian anak-anak”ucap pak dave
“baik pa”ucap semua murid
“baik, kita akan membentuk sebuah kelompok drama. Yang 1kelompok terdiri dari 7org anak” tegas pak dave
“bapak akan membagi kelompok kalian ya. Dengarkan bapak”sambung pak dave
“bagas,marsha,rafli,gilang,angel,difa,dan cindai kalian 1kelompok. Dst”ucap pak dave
“tapi pak? Cindai hari ini tidak masuk sekolah bagaimana kami akan melakukan drama?”ucap gilang
“tidak apa2 dramanya akan kita mulai 3hari lagi di aula sekolah”tegas pak dave
“baik pak”ujar difa
***
Waktu istirahat pun telah tiba. Difa, bagas, gilang, angel, rafli dan marsha heran kenapa cindai tidak masuk sekolah. Mereka berinisiatif ingin ke rumah cindai setelah pulang sekolah.
“kemana ya cindai? Kok tumben gak masuk sekolah”ucap angel
“iya nih. Gak biasa2nya dia gak masuk sekolah”ucap marsha
“eh,bagaimana kalau kita ke rumah cindai”ucap bagas
“wah ide bagus tuh gas.”ucap rafli
“ya sudah nanti pulang sekolah kita ke rumah cindai ya”ucap gilang dan angel
***
Di percepat. Akhirnya jam pulang sekolah pun telah tiba sahabat cindai pun ke rumah cindai.
At house cindai
“cindaii.. Cindaii”serentak ucap sahabat2nya
“maaf kalian teman non cindai”ucap bi inah pembantu cindai yang datang tiba2 menghampiri mereka
“iya, cindainya ada bi?”ucap angel
“ada kok. Silahkan masuk”ucap bi inah
“terimakasih bi.”ucap bagas
“bentar ya teman2nya cindai. Bibi panggil cindai dulu”ucap bi inah sambil memanggil cindai di kamar
Tokk.. Tokk.. Tokk *suara pintu yg di ketuk bi inah
“non”ucap bi inah
“iya bi, ada apa? Silahkan masuk”ucap cindai
“ada teman2 non di bawah”ucap bi inah
“oh iya bi, suruh mereka ke kamar cindai aja. Cindai gak kuat jalan bi. Kepala cindai masih pusing”ucap cindai pelan
“hah? Baik non. Bibi permisi dulu ya non”ucap bi inah
“iya bi”ucap cindai
*back ruang tamu ya
“permisi. Kata non cindai kalian ke kamarnya saja”ucap bi inah
“baik bi”ucap mereka serempak
“ya sudah bibi tinggal dulu ya”ucap bi inah lagi
“iya bi. Terimakasih ya bi”ucap bagas
#Back kamar cindai lagi
“cindai”ucap mereka serempak
“iya, silahkan masuk teman2”ucap cindai dari dalam kamar
“lo kenapa dai? Kok pucat banget”ucap angel
“iya nih, gua lagi sakit.”ucap cindai pelan
“sakit apa dai”ucap marsha
“cuman sakit biasa panas,pusing. Itu aja sih”ucap cindai lagi
“ya sudah istirahat yang cukup ya dai”ucap bagas
“iya gas. Thankyou ya”balas cindai
“cieee. Bagas perhatian banget sama cindai”ucap gilang dan difa
“apaan sih lo semua. Kan namanya sahabat harus saling perhatian”balas bagas dgn senyuman
“eh sudah2. Bagaimana di sekolah? Apa ada PR?”ucap cindai
“ya ampun dai, lo lagi sakit juga masih aja mikirin PR sama sekolah.”ucap rafli
“kalau sakit itu jangan terlalu banyak pikiran dai”ucap difa
“lah. Kan walaupun sakit harus ingat dengan PR dong. Gua gak mau ketinggalan pelajaran”ucap cindai
“oh iya ad tugas kita dari pak dave. untuk membuat drama dan akan di tampilkan 3hari lagi”ucap bagas
“hah? Drama? 3hari lagi? Bagaimana gua kan lagi sakit”ucap cindai
“tapi jika lo masih sakit 3hari ke depan. Kita2 aja yang tampil. Lo istirahat aja”ucap marsha
“gak kok sha. Gua pasti bisa sembuh sebelum drama”ucap cindai percaya diri
“baik lah dai.”ucap marsha lagi
“Oh ya dai. Kita balik dulu ya. Lo istirahat aja yang cukup”ucap gilang
“iya lang. yang penting kalian doain gue agar bisa cepat sembuh”balas cindai
“siap dai”balas mereka serempak
“ok dai. Kita balik dulu. See u”ucap mereka serempak dan melambaikan tangan
“iya. Hati-hati ya teman2”ucap cindai dan membalas lambaian tngan sahabatnya
Bersambung grin emotikon
Wah? Cindai baik ya sama sahabatnya?
Apakah cindai akan sembuh sebelum drama?
Penasaran di tunggu ya kelanjutannya.
Follow @ratna_ully16 @difa_love
Like Fanspage Official - Badai "Bagas & Cindai" idola cilik dan Fanspage Official - "Bagas, Cindai, Difa, Chelsea" Idola Cilik 2013
Owner

CINTA SEJATI PART II





Di kantin
Bagas mempersilahkan cindai buat duduk saja biar bagas yang pesanin makanannya. Tapi tiba-tiba saat bagas memesan makanan, difa,rafli,marsha,dan angel melihat cindai berdua dgn bagas
“mau pesan apa dai”ucap bagas
“udah gue sama aja kayak lo”balas cindai lalu pergi duduk
“eh,eh.. Raf,gel,dif,lang. Itu cindai kan”ucap marsha
“oh iya2 tuh, katanya gak bawa dompet kok ke kantin”ucap gilang
“iya yah,katanya gak bawa dompet kok bisa ke kantin”sambung angel
“kita samperin yuk,duduk dekat cindai”ucap difa
“boleh juga tuh”ucap gilang,rafli,marsha dan difa
Lalu mereka pun menghampiri cindai
“hai dai? Lo sama siapa di sini. Bukannya lo gak bawa dompet ya? Kok bisa ke kantin”ucap angel
“aahhh,guaa.. Hmmm.. Guaaa”ucap cindai binggung
“gua apa dai?”ucap rafli
Tiba-tiba bagas datang
“eh,kalian di sini juga? Kalian jangan salah paham dulu ya gue yang ngajak cindai ke kantin dan gue yang traktir dia”ucap bagas
“oh”ucap gilang, rafli,difa,angel dan marsha bersamaan
“lah,lo knapa cuman traktir cindai aja gas? Kita-kita gak di traktir nih”ucap angel senyum2
“ya sudah,kalau kalian mau? Pesan aja nanti gue yang bayar”ucap bagas santai
“benaran gas”ucap marsha
“iya”ucap bagas
“ok, gue pesan minuman aja nih? Kalian apa?”ucap gilang
“samain aja sama lo lang”ucap angel, marsha, difa dan rafli bersamaan
akhirnya pesanan bagas dan cindai pun datang
“eh teman-teman gue makan dulu ya”ucap bagas
“ya gas,silahkan”ucap difa
“lah lo gak makan dai?”ucap bagas, marsha, angel bersamaan
“ah,, iya nih gue mau makan? Kalian mau”ucap cindai malu
“gak dai,makasih. Kami baru aja makan,kita ke kelas dulu ya dai”ucap angel
“iya deh teman-teman”ucap bagas dan cindai
Akhirnya Rafli, Marsha, Gilang, Angel, Difa pergi meninggalkan bagas dan cindai di kantin. Mereka tinggal berdua.
“lo kenapa dai? Kok jadi dingin gini”ucap bagas
“ahh, gak kok gas?biasa aja”ucap cindai
“gak mungkin gak kenapa2 kok lo jadi salting saat teman2 lo di sini”ucap bagas
“gak kok gas,udahan yuk ke kelas aja lagian bel sudah berbunyi'' ucap cindai
“ya sudah, gue bayar dulu ya”ucap bagas
“iya.”ucap cindai
***
Di kelas
Bagas, difa, gilang,Angel,Marsha,Cindai pun ngobrol bareng agar lebih dekat lagi.
“eh,gua mau nanya nih. Sifat2 kalian gimana sih”ucap bagas penasaran
“kalau cindai orgnya baik tidak sombong, difa orgnya care, gue orgnya tegas, gilang orgnya ulet, marsha orgnya gigih dan tekun” ucap rafli
“wah,sifat2 kalian beda2 ya. Oh ya,gue boleh kan minta nomor hp lo gas”ucap difa
“oh,tentu boleh? Kenapa tidak? Kalian kan sahabat gue”ucap bagas
“ya sudah catat ya nomor saya”sambung bagas
“nah kalian sudah dapat nomor gue, sekarang gue minta nomor lo dai”ucap bagas menatap cindai
“ah, nomor gue?”ucap cindai heran
“iya.”ucap bagas
“ya sudah catat ya *blalalala”ucap cindai menyebutkan nomor hpny
“cie bagas minta nomor cindai”ucap difa
***
Saat mereka asyik tukaran nomor hp. Tiba2 bu winda datang untuk memberikan pengumuman.
“anak-anak kalian sekarang boleh pulang ke rumah masing2 karena guru2 akan rapat”ucap bu winda
“Horrrrreeeeeee”ucap salah seorang murid
“ya sudah ibu tinggal dulu ya? Langsung pulang ya”ucap bu winda
“iya bu”ucap murid-murid serempak
''Bagas cindai, gue sama yang lain pulang duluan ya'' ucap gilang
“oh iya lang”ucap cindai
“lah lo gak pulang bareng mereka”ucap bagas
“gak gas, gue bawa sepeda motor”ucap cindai
“oh,”balas bagas
“ya udah ya gas, gue pulang dulu”ucap cindai
“iya dai, hati2 ya”ucap bagas memegang tangan cindai
***
Saat sampai di rumah.
“mah,pah. Cindai sudah pulang”ucap cindai
“ia nak”jawab mamah cindai
“kenapa syg kok ceria banget”ucap papah cindai
“gpp kok pah, mah”ucap cindai
“ya sudah kalau gpp. Ganti baju sana lalu makan siang”ucap papah cindai
“iya pah” ucap cindai
***
Di kamar cindai.
“lah kenapa gue jadi mikirin bagas ya”ucap cindai
“ah,Ya Tuhan ada apa ini”sambung cindai
***
Ke bagas yuk grin emotikon
Di kamar bagas
“gila tuh Cindai sudah canti,pinter,baik,manis pula. ”ucap bagas
“lah kok bisa gini ya? Kenapa gue mikirin cindai? Apa gue suka sama cindai”sambung bagas
“ahh.. Sudah lah,mungkin karena baru kenal aja makanya kepikiran”sambung bagas lagi
Bersambung grin emotikon
Wah kira-kira ada apa ya dengan perasaan bagas terhadap cindai?
Follow @ratna_ully16 @difa_love
Like Fanspage Official - Badai "Bagas & Cindai" idola cilik dan Fanspage Official - "Bagas, Cindai, Difa, Chelsea" Idola Cilik 2013
Owner