AKU INGIN MEMELUKMU SEPERTI DULU(PART 1)
Kasih sayang Hyun Hwa kepada sang adik sangat lah besar, karena
menurut pemuda berpostur tubuh tinggi tegap itu hanya adik nya lah sisa
nafas nya yang ada di dunia saat ini. Kepergian kedua orangtua mereka
dan sang kekasih, saat adik nya berusia 7 tahun bukan lah kenangan
bahagia yang bisa diingat dalam memori nya, hanya tetesan air mata lah
yang terkadang menetes dari sudut mata sipit itu. Hyun Hwa tak pernah
menyangka jika sekarang adik perempuan nya sudah dewasa dan tumbuh
menjadi gadis yang sangat manis, masih teringat dengan jelas di ingatan
pemuda itu, bagaimana hari-hari Lee Hye In sang adik saat pertama kali
menjalani hidup nya tanpa kehadiran kedua orangtua mereka, gadis
berparas manis itu hanya mengurung diri di dalam kamar, sambil terus
memanggil kedua orangtua nya sungguh saat itu ingin rasa nya Hyun Hwa
memeluk adik nya, tapi kaki nya tak memiliki tenaga untuk melangkah ke
kamar sang adik, sekarang kenangan sedih itu telah sirna setelah Hye In
memiliki seorang kekasih, kepribadian Hye In yang ceria, ramah
perhatian, tidak memilih teman, mudah bergaul kembali lagi semua itu
bisa sedikit mengurangi beban yang dirasakan oleh pemuda bernama lengkap
Lee Hyun Hwa. Bagaimana kah kelanjutan kisah antara kakak beradik ini,
dan apa sebenarnya yang disembunyikan oleh Hyun Hwa dari sang adik?,
akan kah cerita ini memiliki akhir yang bahagia, atau akan sebalik nya
ayo kita baca cerita selanjut nya.
“Oppa…, aku sangat menyangi mu lebih dari apa yang oppa tau, boleh
kah aku memeluk mu lagi seperti dulu saat aku masih kecil?” Lee Hye In
“Mianhae Hyenie ya, jika oppa bukan lah kakak yang baik untukmu, tapi
satu yang perlu kau tau saengie sampai kapan pun oppa akan tetap
menyayangi mu, tetep lah tersenyum Hye, ada atau tanpa ada oppa di sisi
mu, jangan pernah kau membahasi pipi mu dengan air mata lagi sayang,
oppa benci akan hal itu, mian Hye ya oppa harus pergi, oppa sangat
menyayangimu saengie, Saranghae Lee Hye In” Lee Hyun Hwa
Hari sudah mulai malam, jam menunjukkan tepat pukul 23.30 malam sudah
lebih dari satu setengah jam Hyun Hwa menunggu kepulangan sang adik,
cuaca di luar yang begitu dingin membuat pemuda itu khawatir dengan
keadaaan adik nya, seharusnya Hye In sudah kembali dari satu jam yang
lalu tapi sampai sekarang gadis berusia 21 tahun itu belum juga pulang
ke rumah. Perasaan khawatir, takut, merasa tidak berguna bercampur
menjadi satu dalam hati pemuda berlesung pipi itu. Pemuda itu memandang
nanar ke arah ponsel nya yang terletak di atas meja, sudah 20 kali dia
mengirim pesan singkat untuk adik nya, dan 32 panggilan yang sama sekali
tak mendapatkan jawaban. Mata pemuda itu mengarah ke pintu masuk di
rumah nya, berharap jika sang adik masuk dari pintu itu, tapi seperti
nya Hyun Hwa harus kembali menelan kekecewaan yang sangat dalam, karena
sampai sekarang Hye In belum juga kembali ke rumah, tanpa pikir panjang
dia langsung mengambil jaket dan kunci motor yang terletak di kamar nya,
saat Hyun Hwa baru keluar dari kamar nya, mata nya menatap ke arah
seorang gadis yang sedang duduk di sofa membelakangi nya, dapat di pasti
kan jika gadis itu adalah Hye In adiknya. Namja itu menghembuskan nafas
lega dan melangkahkan kaki nya mendekati sang adik yang masih belum
menyadari keberadaan nya. Merasa ada yang menyentuh bahu nya membuat
tubuh Hye menenggang seketika, tanpa melihat siapa orang yang ada di
belakang nya gadis itu sudah mengetahui jika itu adalah tangan sang
kakak, kakak yang selama ini selalu menemaninya, menjaganya, menyayangi
nya dengan tulus, dan merawat nya dengan cinta dan kasih sayang yang
besar. Gadis itu mencoba menghirup nafas nya yang masih tersisa karena
tangisan nya, Hye sama sekali tak ingin melihat sang kakak terbebani
karena kembali melihat dirinya menangis, setelah merasa cukup tenang
gadis itu menatap ke arah sang kakak dengan senyuman yang terlukis di
bibir nya. Mata Hyun Hwa sedikit menyipit melihat ada sesuatu yang
ganjil dari adik nya, pemuda itu melihat jejak air mata di pipi Hye In,
tapi mau tak mau dia ikut membalas senyuman yang diberikan sang adik,
Hyun Hwa mengambil tempat untuk duduk di samping Hye In, membuat gadis
itu sedikit menggeser tubuh nya.
“Kau baru pulang?”, tanya Hyun Hwa sambil membelai rambut hitam sang adik.
“Ne”, jawab Hye In singkat.
“Gwaenchanayo Hyennie?”, kali ini pertanyaan Hyun Hwa tersirat akan ke khawatiran.
Hye In hanya membalas dengan senyuman dan anggukan kepala, dan
berdiri dari sofa. Hyun Hwa hanya menatap sang adik dengan tatapan ke
khawatiran, dia tahu jika Hye In baru saja menangis, tapi gadis itu tak
ingin membebani pikiran nya, Oh God… apa yang sebenarnya terjadi dengan
gadis berambut hitam panjang itu, mungkin kah dia benar-benar baik-baik
saja seperti yang dia isaratkan kepada sang kakak, Hyun Hwa sangat
memahami bagaimana sifat adik nya, dan saat ini 100 persen dia bisa
memastikan jika adik nya habis menangis.
“Lee Hye In, oppa berbicara pada mu?!”, nada yang sedikit meninggi.
Tubuh gadis itu menenggang seketika, dia sangat tau jika sang kakak
tidak mudah untuk dibohongi sungguh, gadis itu tak bermaksud menutupi
apapun dari kakak nya, hanya saja dia tidak ingin menambah beban yang
dirasakan Hyun Hwa, jika dia menceritakan yang sebenarnya, Hye memutar
kembali tubuh nya menghadap sang kakak, hati gadis itu kembali teriris
saat melihat tatapan antara sedih, dan amarah dari paras tampan kakak
nya.
“Bukan kah sudah ku katakan oppa, nan gwaenchanayo oppa”
“Gotjimal!!”, Hyun Hwa tak mampu lagi menahan emosi nya.
Air mata yang tertahan sudah terlihat dari kedua bola mata gadis
manis itu, dia juga menggigit bibir nya, satu saja gerakan mata dapat
dipastikan airmata itu sukses membahasi pipi gadis itu.
“JIKA AKU MENGATAKAN AKU BAIK-BAIK SAJA, ITU BERARTI AKU BAIK-BAIK SAJA OPPA!!”
Hye In langsung berlari menuju kamarnya dan menutup pintu kamar
dengan keras, sementara Hyun Hwa hanya mampu memejamkan mata nya, karena
emosi dia membuat adik nya merasa takut dan sedih, tanpa gadis itu
katakan Hyun Hwa bisa melihat saat mata Hye In sudah berlinang air mata
dan menggigit bibir, kebiasaan yang sering dilakukan seorang Lee Hye In
jika sedang merasa takut, pemuda itu hanya mampu memandang sendu ke arah
kamar sang adik.
Dengan langkah pelan Hyun Hwa mendekati kamar Hye In dan mengetuk
pintu kamar berwarna biru langit itu, sementara di dalam kamar Hye In
hanya mampu meringkuk di balik selimut nya dan menangis, dia sama sekali
tak menyangka jika Hyun Hwa akan semarah ini, tapi sungguh dia tak
bermaksud untuk berbohong, suara ketukan pintu dari arah luar membuat
Hye menyikap sedikit selimutnya, suara sang kakak lah yang terdengar
setelah ketukan pintu itu. Bukan nya tidak tau sopan santun, tapi Hye
tak ingin kakak nya mengetahui jika dia sedang merasa tertekan, detik
berikut nya ketukan di pintu terdengar lebih keras namun gadis itu sama
sekali tak bergerak sedikit pun dari atas tempat tidur nya, dia semakin
menenggelamkan wajah nya di balik selimut dan menangis sepuas nya,
sambil sesekali memanggil kedua orangtua nya dan menggumamkan kata maaf
untuk sang kakak. Hyun Hwa hanya mampu mengacak rambut nya frustasi
karena Hye sama sekali tak mau membuka pintu kamar nya, sayup-sayup
pemuda itu mendengar suara isakan tangis sang adik sambil memanggil
orangtua mereka, hati Hyun Hwa semakin teriris mendengarkan semua itu
tapi tak bisa melakukan apa–apa, ingin rasa nya memeluk tubuh rapuh sang
adik didalam dekapannya, tapi dia tak memiliki keberanian untuk
melakukan itu dengan rasa bersalah yang sangat besar Hyun Hwa meninggal
kan kamar sang adik melangkah ke kamar nya.
Mata Hyun Hwa tertuju pada sebuah meja di samping tempat tidurnya, di
buka laci meja itu dan mengambil sebuah foto seorang gadis, mata nya
kembali memanas saat ingatan kejadian beberapa jam tadi kembali
berputar, hanya gumaman kata maaf yang mampu di ucapkan oleh pemuda itu.
Malam yang dingin dan sangat menyakit kan bagi Hye In sudah berganti
menjadi pagi yang cerah untuk memulai hari yang baru, sudah lebih dari 2
jam yang lalu Hye terbangun tapi gadis itu masih enggan untuk keluar
dari kamar nya, kejadian semalam saat Hyun Hwa marah masih sangat sulit
untuk diterima gadis itu, baru kali ini sang kakak membentaknya tak
pernah terlintas sedikit pun dalam pikiran gadis itu jika Hyun Hwa akan
semarah itu hanya karena dia tidak mau menceritakan apa yang sebenarnya
terjadi, menurut Hye sosok kakak nya adalah sosok yang lembut, baik,
perhatian, penuh cinta dan ramah, tapi kejadian semalam seolah-olah
merubah pemikiran Hye In tentang kakak nya, getaran ponsel di samping
kiri nya membuat gadis itu tersadar dari lamunannya, nama seseorang yang
tertera pada layar ponsel berwarna hitam itu mampu mengembalikkan
senyuman Hye In dalam seketika. Setelah menjawab panggilan telefon gadis
berparas manis itu langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
20 menit setelah mandi Hye In sudah siap dengan dress selutut
berwarna biru dengan sepatu dan jepit rambut yang senada, rambut nya
yang panjang yang biasa diikat kini dibiarkan tergerai begitu saja
membuat tampilan gadis manis itu terkesan lebih fresh. Hyun Hwa yang
baru keluar dari kamar nya menatap sang adik tanpa berkedip sedikit pun,
pemuda itu semakin menajam kan pengelihatan nya, jika yang berdiri tak
terlalu jauh dari tempat nya saat ini adalah adik nya. Menatap dari atas
ke bawah gadis yang sedang membelakangi nya membuat dia ragu jika gadis
itu adalah Hye In adik nya, dengan keberanian yang ada, Hyun Hwa
mencoba untuk memanggil gadis yang berdiri tak jauh dari nya.
“Nuguseyo?”, suara Hyun Hwa yang biasa nya terdengar tegas kini sedikit bergetar.
“Ini aku oppa, kenapa kau bertanya siapa eoh?”, jawab Hye In menatap sang kakak.
Pemuda itu hanya mematung seketika saat melihat paras dari gadis
kurus tinggi yang tadi membelakangi nya itu memang benar adik nya Lee
Hye In, tapi kali ini penampilan gadis itu sedikit berbeda itu yang
membuat Hyun Hwa bertanya siapa gadis itu, make up tipis, dress selutut
berwarna biru dengan sedikit aksen bungan yang melingkar di pinggang,
sepatu berhak rendah berwarna senada, dan jangan lupakan jepit rambut
bergambar kelinci yang sedikit menjepit poni gadis itu, hari ini Hye
terlihat sangat cantik di depan Hyun Hwa, mata pemuda itu kembali
menatap ke arah jepit rambut yang dikenakan gadis itu, jepit rambut itu
adalah pemberian dari yeojachingu nya saat Hye berulangtahun yang ke 5,
merasa sang kakak hanya diam saja membuat gadis itu menatap penampilan
nya apakah ada yang salah batin gadis itu, Hyun Hwa berjalan mendekat ke
arah sang adik membuat senyuman manis yang dari tadi Hye berikan
semakin terlihat jelas, pemuda itu membelai lembut wajah sang adik,
tangan nya berhenti di jepit rambut yang dikenakan adik nya, tanpa
disadari Hyun Hwa, air mata sudah membasahi pipi nya, senyuman yang tadi
nya menghiasi wajah manis Hye kini berubah menjadi gurat kekhawatiran,
tangan gadis itu terulur mengusap wajah sang kakak.
“Uljimayo, oppa”, ucap Hye sambil menghapus air mata kakak nya.
“Hai siap yang menangis Hyenie?”, tanya Hyun Hwa dengan senyumannya.
“Babo, oppa tak menyadari eoh jika oppa menangis?”
“Hahahaha, oppa tak menangis saengie”, jawab Hyun Hwa dengan mengerlingkan mata.
“lalu jika oppa tak menangis, apa?”
“Ne…?, ah air mata tadi, itu air mata kebahagian Hye ya?”
“Jangan berbohong oppa?”
“Mwo, gotjimal, aniya Hye”, jawab Hyun Hwa sambil membelai rambut hitam sang adik.
“Katakan yang sesungguh nya oppa?”, kali ini mata gadis itu sudah berlinang air mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar