Over Stupid (Part 2)
Akhirnya ketiga lagu tersebut mampu kita garap. Walaupun dengan versi agak mellow, tetapi gue dan Satrio mencoba bersikap dewasa dengan tetap semangat bawainnya. Cuma Wawan yang kayaknya kurang terima dan kurang puas dengan hasil latihan ini. Gue udah nggak kaku lagi karena setiap hari gue udah latihan bass pake gitar gue. Sedangkan Wawan masih sedikit kaku.
Wasana warsa tiba dan kita sudah mantab buat manggung. Tinggal satu yang belum siap, kita lupa buat ngasih nama ke band kita apa. Tanpa pikir panjang tercetuslah kata “Over Stupid”. Kita semua setuju dengan nama itu dan langsung daftar ke panitia. Sebenernya nggak tahu sih arti dari nama band kita “Over Stupid”. Yang penting manggung dulu.
“Gimana men! Siap untuk buat kejutan?” tanya Satrio.
“Siap donk!” balas Novia.
“Ehh, tapi Wawan dimana ya? Kok nggak dateng-dateng dari tadi?” suasana berubah menjadi resah ketika gue bertanya dimanakah Wawan. Karena tinggal dia yang belum datang ke acara.
“Nahh itu dia!” teriak Arya. Akhirnya Wawan datang. Tetapi kali ini raut muka dia berbeda dari raut muka kami. Nampaknya dia gugup sekali.
“Ehh bro, lu takut ya?” tanya Gue.
“Sejujurnya gue gugup banget men! Ini acara besar, yang nonton juga temen-temen kita sendiri! Gue takut gagal! Gue malu.” Wawan menjawab dengan rasa pesimisnya.
“Terus gimana? Kita udah nyampe sini. Masak lo mau mundur begitu aja?” jawab Arya dengan nada sedikit marah.
“Kita tunda dulu aja ya! Lo kan tahu sendiri. Gue pas di studio kadang-kadang masih ada salahnya, apalagi di sini.” Jelas Wawan.
“Ayolah wan!” Novia mencoba membujuk.
“Kecewa gue sama lu wan!” Satrio berkata kepada wawan kemudian meninggalkan kami berempat. Dia nampak kesal sekali.
Wawan akhirnya juga pergi. Sikap dia benar-benar tidak bertanggung jawab sama sekali. Kini tinggal gue, novia, dan arya. Gue bener-bener nggak nyagka kalau ini semua bakalan terjadi.
“Ini beneran nggak sih? Tujuh bulan kita nabung ke studio musik buat latihan musik dan akhirnya harus sia-sia kayak gini.” Kata-kata Novia tersebut juga membuat hati gue sedikit kesal. Selain malu dengan panitia, kita juga rugi beratus-ratus ribu rupiah udah ngabisin uang buat latihan.
“Siap donk!” balas Novia.
“Ehh, tapi Wawan dimana ya? Kok nggak dateng-dateng dari tadi?” suasana berubah menjadi resah ketika gue bertanya dimanakah Wawan. Karena tinggal dia yang belum datang ke acara.
“Nahh itu dia!” teriak Arya. Akhirnya Wawan datang. Tetapi kali ini raut muka dia berbeda dari raut muka kami. Nampaknya dia gugup sekali.
“Ehh bro, lu takut ya?” tanya Gue.
“Sejujurnya gue gugup banget men! Ini acara besar, yang nonton juga temen-temen kita sendiri! Gue takut gagal! Gue malu.” Wawan menjawab dengan rasa pesimisnya.
“Terus gimana? Kita udah nyampe sini. Masak lo mau mundur begitu aja?” jawab Arya dengan nada sedikit marah.
“Kita tunda dulu aja ya! Lo kan tahu sendiri. Gue pas di studio kadang-kadang masih ada salahnya, apalagi di sini.” Jelas Wawan.
“Ayolah wan!” Novia mencoba membujuk.
“Kecewa gue sama lu wan!” Satrio berkata kepada wawan kemudian meninggalkan kami berempat. Dia nampak kesal sekali.
Wawan akhirnya juga pergi. Sikap dia benar-benar tidak bertanggung jawab sama sekali. Kini tinggal gue, novia, dan arya. Gue bener-bener nggak nyagka kalau ini semua bakalan terjadi.
“Ini beneran nggak sih? Tujuh bulan kita nabung ke studio musik buat latihan musik dan akhirnya harus sia-sia kayak gini.” Kata-kata Novia tersebut juga membuat hati gue sedikit kesal. Selain malu dengan panitia, kita juga rugi beratus-ratus ribu rupiah udah ngabisin uang buat latihan.
Setelah kegagalan tersebut, kita memutuskan untuk mengakhiri karier band kita yang selama setengah tahun dibuat, belum pernah manggung sama sekali. Kita kembali ke aktivitas kita masing-masing. Menginjak kelas dua, Novia fokus menjadi ketua pradana putri di pramuka sekolah. Arya sekarang berhasil menjabat menjadi komandan kopaski SMK Haapan Muda. Satrio fokus untuk mengikuti kegiatan-kegiatan PMR di sekolah. Wawan sang drummer pesimistis kini bergabung di anggota OSIS SMK, dia berharap setelah masuk OSIS sikapnya yang pesimistis bisa hilang. Dan gue, gue kini lebih mendalami ilmu agama dengan bergabung di organisasi ROHIS (Kerohanian Islam) Al Furqon SMK Harapan Muda. Di rohis, gue juga nggak lepas dari musik. Gue ikut grup rebana sekolah. Lumayan kalau tampil kemana-mana bisa tambah uang jajan. Tapi sayangnya nggak pernah tampil kemana-mana.
Novia dan Satrio juga memutuskan untuk mengakhiri masa-masa lajangnya dengan saling memadu kasih alias berpacaran. Mereka pernah kepergok pak guru ketika mau berciuman di toilet.
Saat itu Novia dan Satrio janjian mau ketemuan di toilet sekolah. Setelah bel istirahat berbunyi, mereka langsung menuju ke tempat sasaran.
“Selamat pagi tuan putriku!” Satrio menyambuut novia dengan nada puitisnya.
“Selamat pagi pangeranku.” Bibir cantik Novia membalas sambutan Satrio.
“Apa kabar?” Satrio dengan perhatiannya menanyakan kabar sang kekasihnya.
Kemudian Novia menjawab pertanyaan Satrio dengan nada lembut nan muka imutnya, “Setelah ketemu kamu. Kabarku jadi luar biasa meskipun tadi kena marah pak guru karena ketahuan lompat dari jendela.”
“Busyettdah, kebiasaan tuan putri emang luar biasa!”
“Hehehe, kalo kamu apa kabar pangeranku?”
“Aku hari ini sedikit merasa sedih tuan putriku!”
“Lohh kenapa?”
“Karena… karena… karena belum dapet ciuman hangat dari tuan putriku sampai siang ini!”
“Iiihhh kamu kebiasaan. Sini sini!”
Seketika keadaan menjadi hening. Tangan mereka saling bergenggaman. Kepala mereka perlahan-lahan saling berdekatan, dan akhirnya apa yang terjadi?. Sialnya, datang Pak Tarno, guru paling galak di sekolah ini memergoki mereka berdua. Sontak mereka langsung gelagapan. Kemudian Pak Tarno dengan suara lantangnya dan kedua tangan yang ditentengnya, menanyai Satrio dan Novia. “Apa yang kalian lakukan disini? Pegangan tangan segala. Kalian mau berbuat m*sum ya?”. Sontak kedatangan Pak Tarno membuat Satrio dan Novia kaget dan segera menjauh satu sama lain. Beruntung Novia adalah cewek yang cerdas sekaligus licik.
“Enggak pak, kita lagi latihan drama buat acara ulang tahun sekolah nanti kok!” Novia menjawab dengan tenang seakan-akan nggak ada hal buruk yang baru saja akan terjadi. Ide licik dia kembali muncul. ”Ehh pak, tadi bapak dicariin sama Bu Kristin lho! Katanya ada sesuatu yang mau dikasihkan ke bapak, spesial katanya!”.
Bu Kristin adalah guru paling muda sekaligus paling seksi di sekolah ini. Dan kebetulan Pak Tarno sang guru galak nan jadul ini, beliau adalah golongan manusia spesies hidung belang.
“Ohh ya? Terimakasih atas infonya.” Seakan-akan lupa atau memang lupa dengan apa yang sedang terjadi. Pak Tarno langsung tanpa berpikir panjang langsung bergegas pergi mencari Bu Yuli. Inilah sifat-sifat lelaki hidung belang stadium akhir.
“Ahhh legaa, hahaha!” Satrio dan Novia menghembuskan nafas lega mereka.
“Ehhh tunggu dulu!” Pak Tarno kembali lagi.
“Ada apa pak?” Satrio dan Novia mulai gugup kembali.
“Tolong carikan Gideon ya! Bilang saja ditunggu Pak Tarno di ruangannya. Sudah itu saja, silahkan lanjutkan latihan dramanya.”
“Ahhhh ternyata, kirain kita ketahuan, hehe!” Satrio kembali bernafas lega. Novia kembali tertawa geli. Karena Pak Tarno percaya kalau dia dan Satrio sedang berlatih drama. Padahal itu nggak mungkin terjadi. Di sekolah saja sudah tersedia ruangan khusus ekstrakulikuler drama. Jadi nggak diperbolehkan buat latihan di toilet. Seharusnya Pak Tarno tahu hal tersebut.
Saat itu Novia dan Satrio janjian mau ketemuan di toilet sekolah. Setelah bel istirahat berbunyi, mereka langsung menuju ke tempat sasaran.
“Selamat pagi tuan putriku!” Satrio menyambuut novia dengan nada puitisnya.
“Selamat pagi pangeranku.” Bibir cantik Novia membalas sambutan Satrio.
“Apa kabar?” Satrio dengan perhatiannya menanyakan kabar sang kekasihnya.
Kemudian Novia menjawab pertanyaan Satrio dengan nada lembut nan muka imutnya, “Setelah ketemu kamu. Kabarku jadi luar biasa meskipun tadi kena marah pak guru karena ketahuan lompat dari jendela.”
“Busyettdah, kebiasaan tuan putri emang luar biasa!”
“Hehehe, kalo kamu apa kabar pangeranku?”
“Aku hari ini sedikit merasa sedih tuan putriku!”
“Lohh kenapa?”
“Karena… karena… karena belum dapet ciuman hangat dari tuan putriku sampai siang ini!”
“Iiihhh kamu kebiasaan. Sini sini!”
Seketika keadaan menjadi hening. Tangan mereka saling bergenggaman. Kepala mereka perlahan-lahan saling berdekatan, dan akhirnya apa yang terjadi?. Sialnya, datang Pak Tarno, guru paling galak di sekolah ini memergoki mereka berdua. Sontak mereka langsung gelagapan. Kemudian Pak Tarno dengan suara lantangnya dan kedua tangan yang ditentengnya, menanyai Satrio dan Novia. “Apa yang kalian lakukan disini? Pegangan tangan segala. Kalian mau berbuat m*sum ya?”. Sontak kedatangan Pak Tarno membuat Satrio dan Novia kaget dan segera menjauh satu sama lain. Beruntung Novia adalah cewek yang cerdas sekaligus licik.
“Enggak pak, kita lagi latihan drama buat acara ulang tahun sekolah nanti kok!” Novia menjawab dengan tenang seakan-akan nggak ada hal buruk yang baru saja akan terjadi. Ide licik dia kembali muncul. ”Ehh pak, tadi bapak dicariin sama Bu Kristin lho! Katanya ada sesuatu yang mau dikasihkan ke bapak, spesial katanya!”.
Bu Kristin adalah guru paling muda sekaligus paling seksi di sekolah ini. Dan kebetulan Pak Tarno sang guru galak nan jadul ini, beliau adalah golongan manusia spesies hidung belang.
“Ohh ya? Terimakasih atas infonya.” Seakan-akan lupa atau memang lupa dengan apa yang sedang terjadi. Pak Tarno langsung tanpa berpikir panjang langsung bergegas pergi mencari Bu Yuli. Inilah sifat-sifat lelaki hidung belang stadium akhir.
“Ahhh legaa, hahaha!” Satrio dan Novia menghembuskan nafas lega mereka.
“Ehhh tunggu dulu!” Pak Tarno kembali lagi.
“Ada apa pak?” Satrio dan Novia mulai gugup kembali.
“Tolong carikan Gideon ya! Bilang saja ditunggu Pak Tarno di ruangannya. Sudah itu saja, silahkan lanjutkan latihan dramanya.”
“Ahhhh ternyata, kirain kita ketahuan, hehe!” Satrio kembali bernafas lega. Novia kembali tertawa geli. Karena Pak Tarno percaya kalau dia dan Satrio sedang berlatih drama. Padahal itu nggak mungkin terjadi. Di sekolah saja sudah tersedia ruangan khusus ekstrakulikuler drama. Jadi nggak diperbolehkan buat latihan di toilet. Seharusnya Pak Tarno tahu hal tersebut.
Satrio ingat pesan Pak Tarno kalau dia disuruh untuk manggil gue. Dia langsung bergegas menuju ke tempat tongkrongan gue yaitu di kantin Mbak Sarni. Gue suka dan betah banget di kantinnya Mbak Sarni karena masakannya yang enak ditambah keseksian Mbak Sarni yang menjadi nilai plus-plus sebagai tempat jajan dan nongkrong. Guru-guru genit termasuk Pak Tarno juga suka jajan ke warung ini, semoga aja gue besok kalau punya anak cewek bisa kayak Mbak Sarni. Gampang cari uang tapi nggak gampangan buat diajak gitu-gituan, apalagi sama om-om.
Satrio akhirnya sampai di kantin dan menemui gue di meja kantin paling depan. Lalu dia berkata dengan nafas masih tersengal-sengal, “Gideon, lu dipanggil Pak Tarno tuh!”. Gue langsung menghentikan aktivitas makan gue dan langsung merespon dengan cepat omongan Satrio.
“Hah, ada apa ya? Bisa gawat ini ketemu sama guru c*bul!”
“Gue nggak tahu. Gue Cuma disuruh nyariin elo.”
Teman gue Ucok ikut berkomentar. “paling-paling Pak Tarno mau minta koleksi video bok*p punya lo, men! Haha.”
“Ahhh gile lu, cok!”
“Udah temui aja dulu. Jangan lupa berdoa dan gosok gigi”
“Emangnya mau tidur? Lama-lama gua sambit pake piring lu, cok!”
“Hah, ada apa ya? Bisa gawat ini ketemu sama guru c*bul!”
“Gue nggak tahu. Gue Cuma disuruh nyariin elo.”
Teman gue Ucok ikut berkomentar. “paling-paling Pak Tarno mau minta koleksi video bok*p punya lo, men! Haha.”
“Ahhh gile lu, cok!”
“Udah temui aja dulu. Jangan lupa berdoa dan gosok gigi”
“Emangnya mau tidur? Lama-lama gua sambit pake piring lu, cok!”
Ucok memang temen gue yang paling gokil. Mungkin kalau dia ada satu panggung sama sule, seluruh Indonesia bakal ketawa melihat muka dan tingkah laku mereka yang ngga beda tipis. Sama-sama pinter joget, sama-sama pinter nglawak dan sama-sama ngga ada hidungnya alias pesek.
Gue langsung menuju ke ruangannya Pak Tarno. Dari jendela terlihat Pak Tarno sedang duduk dan serius memandang handphone-nya.
“Tok.. tok.. tok.. tok..” gue mengetuk pintu.
“Iya silahkan masuk” jawab Pak Tarno
Gue langsung membuka pintu dan berjalan ke arah meja Pak Tarno, “kata Satrio saya dipanggil bapak. Ada perlu apa ya pak?”
“Gini nak Gideon, saya langsung ke intinya saja. Berhubungan kamu adalah aktivis organisasi di sekolah yang paling mahir dalam bermusik. Saya harap, di acara ulang tahun sekolah nanti. Anggota organisasi baik OSIS, PRAMUKA, ROHIS, KOPASKI dan PMR. Bisa bersatu dan menyajikan hiburan kesenian yang luar biasa untuk seluruh penonton. Bagaimana? Apakah kamu sanggup menjadi pelopor?” Pak Tarno berkata panjang lebar sambil terus memerhatikan handphone-nya.
“Kenapa nggak diserahin ke pengurus OSIS aja pak?” tanya gue heran.
“Saya percaya sama kamu kalau kamu lebih hebat dari pengurus OSIS. Gimana?”
“Baik pak! Akan saya usahakan semaksimal mungkin.”
“Tok.. tok.. tok.. tok..” gue mengetuk pintu.
“Iya silahkan masuk” jawab Pak Tarno
Gue langsung membuka pintu dan berjalan ke arah meja Pak Tarno, “kata Satrio saya dipanggil bapak. Ada perlu apa ya pak?”
“Gini nak Gideon, saya langsung ke intinya saja. Berhubungan kamu adalah aktivis organisasi di sekolah yang paling mahir dalam bermusik. Saya harap, di acara ulang tahun sekolah nanti. Anggota organisasi baik OSIS, PRAMUKA, ROHIS, KOPASKI dan PMR. Bisa bersatu dan menyajikan hiburan kesenian yang luar biasa untuk seluruh penonton. Bagaimana? Apakah kamu sanggup menjadi pelopor?” Pak Tarno berkata panjang lebar sambil terus memerhatikan handphone-nya.
“Kenapa nggak diserahin ke pengurus OSIS aja pak?” tanya gue heran.
“Saya percaya sama kamu kalau kamu lebih hebat dari pengurus OSIS. Gimana?”
“Baik pak! Akan saya usahakan semaksimal mungkin.”
Kemudian gue keluar dari ruangannya Pak Tarno dengan kebingungan yang membayangi otak gue. Gue nggak tahu apa yang harus gue lakuin buat acara besok. Malam hari gue merenungkan apa yang harus gue lakukan buat acara besok. Sampai-sampai gue nggak bisa tidur sampai jam 3 pagi. Akibat dari hal tersebut, gue bangun kesiangan dan telat berangkat ke sekolah. Sampai di sekolah, gue langsung ketemu dengan guru BK bersama para siswa yang telat lainnya. Seperti biasa, kita diberi tugas buat memungut sampai satu sekolahan terlebih dahulu sebelum diijinkan masuk ke sekolah.
Pada saat gue dapat hukuman, gue akhirnya dapat ide untuk mengumpulkan terlebih dahulu perwakilan setiap organisasi untuk mengadakan rapat dadakan. Dan tepat pulang sekolah, kita langsung mengadakan rapat dadakan di ruang OSIS. Di dalam nampak ada Novia dan Risko sebagai perwakilan Pramuka, Arya dan Windy sebagai perwakilan Kopaski, Satrio dan Agnes sebagai PMR, wawan dan Ganar sebagai yang mewakili OSIS, juga gue dan Vivi sebagai perwakilan dari ROHIS. Gue mulai membuka rapat. Sekitar satu jam, akhirnya keputusan dapat diambil.
“Jadi, saya akan membacakan hasil keputusan rapat pada hari ini. Bahwa kelompok organisasi akan mengadakan pagelaran budaya bertemakan “KUASAI SENI, HIDUPKAN BUDAYA KEMBALI”. Diantaranya akan menampilkan drama musikal yang mengedepankan berbagai adat budaya jawa, mulai dari seni karawitan, kuda lumping, dan lain lain. Serta budaya jawa yaitu mitoni, sedekah desa, dan lain-lain. Kita akan mulai latihan besuk sepulang sekolah dan dilakukan secara terus-menerus sampai hari H.”
“Maaf, saya ada tambahan!” Arya mengacungkan tangan kanannya.
“iya silahkan.” Gue memberi kesempatan kepada Arya.
“Gimana kalo kita juga membuat grup band biar kita juga bisa ikut berpartisispasi di acara festival band?.”
“Ide bagus” sambung Novia.
“Tapi siapa aja yang bisa?” tanya Vivi.
“Nanti biar gue, Novia, Satrio, Gideon, sama Wawan yang tampil.” Jawab Arya.
“Oohh, grup band yang gagal itu?” sindir Windy. Tetapi Arya tidak menanggapi serius perkataan Windy.
“Sstt brisik lo! gimana setuju nggak?” tanya Arya.
“Oke aku setuju.” Jawab gue.
“Aku juga.” Jawab Satrio dan Novia.
“Aimana wan, lo mau nggak? Gue memaklumi kalo dulu lo orangnya pesimistis dan pemalu. Tapi kan sekarang lo udah tenar di OSIS dengan sikap lo yang berubah 180 derajat. Beda kayak dulu! Gimana mau nggak?” Tanya Arya kepada Wawan.
“Sebenernya gue masih kesel sama lo wan! Tapi ini salah satu kesempatan kita buat memperbaiki nama baik Over Stupid! Jadi berharap lo berubah dan tunjukin kalo lo itu emang luar biasa.” Novia menyambung perkataan Arya dan memberi motivasi juga ke Wawan.
“Kalo soal OSIS mah gue emang udah canggih, tapi kalo ngedrum gue udah jarang main.” Wawan masih ragu.
“Jadi kamu masih pesimistis?” tanya gue sedikit menyindir untuk membangkitkan semangat wawan.
“Ayolah bung! Jangan malu-maluin OSIS!” bujuk Ganar.
“Oke kalo gitu gue setuju, insyaallah kali ini gue janji nggak bakal malu-maluin kalian lagi.” Jawab Wawan tegas.
Nampaknya setelah Wawan bergabung dalam organisasi OSIS dan sering tampil di depan banyak orang di sekolah. Dia merubah sifatnya 180 derajat. Dia kelihatan jauh lebih optimis sekarang.
“Jadi, saya akan membacakan hasil keputusan rapat pada hari ini. Bahwa kelompok organisasi akan mengadakan pagelaran budaya bertemakan “KUASAI SENI, HIDUPKAN BUDAYA KEMBALI”. Diantaranya akan menampilkan drama musikal yang mengedepankan berbagai adat budaya jawa, mulai dari seni karawitan, kuda lumping, dan lain lain. Serta budaya jawa yaitu mitoni, sedekah desa, dan lain-lain. Kita akan mulai latihan besuk sepulang sekolah dan dilakukan secara terus-menerus sampai hari H.”
“Maaf, saya ada tambahan!” Arya mengacungkan tangan kanannya.
“iya silahkan.” Gue memberi kesempatan kepada Arya.
“Gimana kalo kita juga membuat grup band biar kita juga bisa ikut berpartisispasi di acara festival band?.”
“Ide bagus” sambung Novia.
“Tapi siapa aja yang bisa?” tanya Vivi.
“Nanti biar gue, Novia, Satrio, Gideon, sama Wawan yang tampil.” Jawab Arya.
“Oohh, grup band yang gagal itu?” sindir Windy. Tetapi Arya tidak menanggapi serius perkataan Windy.
“Sstt brisik lo! gimana setuju nggak?” tanya Arya.
“Oke aku setuju.” Jawab gue.
“Aku juga.” Jawab Satrio dan Novia.
“Aimana wan, lo mau nggak? Gue memaklumi kalo dulu lo orangnya pesimistis dan pemalu. Tapi kan sekarang lo udah tenar di OSIS dengan sikap lo yang berubah 180 derajat. Beda kayak dulu! Gimana mau nggak?” Tanya Arya kepada Wawan.
“Sebenernya gue masih kesel sama lo wan! Tapi ini salah satu kesempatan kita buat memperbaiki nama baik Over Stupid! Jadi berharap lo berubah dan tunjukin kalo lo itu emang luar biasa.” Novia menyambung perkataan Arya dan memberi motivasi juga ke Wawan.
“Kalo soal OSIS mah gue emang udah canggih, tapi kalo ngedrum gue udah jarang main.” Wawan masih ragu.
“Jadi kamu masih pesimistis?” tanya gue sedikit menyindir untuk membangkitkan semangat wawan.
“Ayolah bung! Jangan malu-maluin OSIS!” bujuk Ganar.
“Oke kalo gitu gue setuju, insyaallah kali ini gue janji nggak bakal malu-maluin kalian lagi.” Jawab Wawan tegas.
Nampaknya setelah Wawan bergabung dalam organisasi OSIS dan sering tampil di depan banyak orang di sekolah. Dia merubah sifatnya 180 derajat. Dia kelihatan jauh lebih optimis sekarang.
Seluruh anggota organisasi sangat antusias mengikuti latihan setiap pulang sekolah. Mereka tampak begitu optimis dan bisa memuat kejutan di acara nanti. Tidak ada kata lelah buat mereka, yang paling penting adalah kesuksesan penampilan mereka dan pengabdian mereka yang tinggi terhadap sekolah.
Grup band gue juga nggak mau kalah. Akhirnya kami berlima kembali dipersatukan oleh yang Maha Kuasa. Mungkin ini sudah takdir dan sudah waktunya kami untuk membuktikan bahwa kami juga luar biasa. Hanya satu lagu yang nantinya akan dibawakan oleh setiap band. Band gue akan menyanyikan sebuah lagu ciptaan gue sendiri yang sudah dari dulu gue simpan pasca bubarnya band saat acara perpisahan tahun 2012. Beruntunglah lagu ini dengan cepat dapat digarap dengan mudah. Dari hal tersebut gue dapat mengambil kesimpulan. Ternyata nggarap lagu milik sendiri lebih mudah daripada duplikat lagu milik band lain, karena gue tahu jadi diri sendiri itu lebih mudah daripada meniru orang lain.
Acara ulang tahun sekolah yang keempat akhirnya tiba. Ini adalah saat-saat yang membanggakan sekaligus mendebarkan. Gue sebut membanggakan karena acara ulang tahun sekolah gue adalah acara yang termasuk paling meriah di antara sekolah-sekolah lain di kota gue. Walaupun muris dari sekolah gue sedikit. Tetapi partisipasi sekolah lain dan masyarakat umum sangat luar biasa. Dibuka dengan tarian daerah, jalan santai, lalu bagi-bagi doorprize, kemudian drama musikal dari organisasi yang membuat para penonton terkesan akan kehadiran SMK Harapan Muda. Walaupun sekolah baru dan dihuni anak-anak nakal, tak bisa dipungkiri kalau jiwa kreatif mereka memang luar biasa.
Setelah istirahat siang, tibalah saatnya untuk acara festival band. Band gue ‘Over Stupid’ tampil di urutan ke-7 dari 20 band yang sudah terdaftar. Sambil menunggu jatah tampil, gue sama temen-temen melakukan pemanasan terlebih dahulu. Kali ini jelas tidak ada yang telat. Semuanya sudah siap termasuk Wawan. Nampaknya kami sangat percaya diri dengan lagu bergenre pop punk yang akan kita bawain. Apalagi di sekeliling sekolahan banyak anak-anak penggila pop punk, hard core, dan reggae.
“Gimana udah siapkah semuanya?” tanya gue ke seluruh anggota band.
“Siap nggak siap harus siap! Over Stupid akan membuat mereka semua yang ada disini tergila-gila sama lagu kita! Setuju!” dengan semangat Satrio menjawab pertanyaan gue dengan nada seperti bapak Soekarno saat menyatakan Indonesia merdeka.
“Perlihatkan dunia! Bersiap-siaplah dunia untuk menyambut band kita!” sambung Arya dengan nada lebih semangat.
Akhirnya nama band gue dipanggil. Gue dan temen-temen langsung membentuk posisi melingkar dan berdoa terlebih dahulu. Dan pada saat itu gue memberi motivasi kepada temen-temen. “Tunjukkan yang menurut kalian terbaik. Yakin dan fokus. Berikan yang terbaik untuk SMK dan band kita. Ini langkah awal kita untuk bisa jadi band profesional. Dilihat banyak orang, banyak pencari bakat, banyak wartawan.”
“OVER STUPID!! BISA! BISA! BISA!”
Teriak seluruh anggota dan kita langsung memijakkan kaki ke panggung berukuran 8 x 6 meter yang didesain setradisonal mungkin sebelumnya oleh panitia penyelenggara dari OSIS. Alat musik sudah di tangan kita dan mulailah Over Stupid beraksi di atas panggung.
“Gimana udah siapkah semuanya?” tanya gue ke seluruh anggota band.
“Siap nggak siap harus siap! Over Stupid akan membuat mereka semua yang ada disini tergila-gila sama lagu kita! Setuju!” dengan semangat Satrio menjawab pertanyaan gue dengan nada seperti bapak Soekarno saat menyatakan Indonesia merdeka.
“Perlihatkan dunia! Bersiap-siaplah dunia untuk menyambut band kita!” sambung Arya dengan nada lebih semangat.
Akhirnya nama band gue dipanggil. Gue dan temen-temen langsung membentuk posisi melingkar dan berdoa terlebih dahulu. Dan pada saat itu gue memberi motivasi kepada temen-temen. “Tunjukkan yang menurut kalian terbaik. Yakin dan fokus. Berikan yang terbaik untuk SMK dan band kita. Ini langkah awal kita untuk bisa jadi band profesional. Dilihat banyak orang, banyak pencari bakat, banyak wartawan.”
“OVER STUPID!! BISA! BISA! BISA!”
Teriak seluruh anggota dan kita langsung memijakkan kaki ke panggung berukuran 8 x 6 meter yang didesain setradisonal mungkin sebelumnya oleh panitia penyelenggara dari OSIS. Alat musik sudah di tangan kita dan mulailah Over Stupid beraksi di atas panggung.
Selesai tampil gue sempet hampir meneteskan air mata. Kita semua kembali berpelukan dan mengucap syukur. Akhirnya lagu gue dapat didenger oleh banyak orang dan banyak pula yang menyukainya. Ratusan orang berjoget menikmati lagu gue. Banyak yang nanyain gimana cara download lagu gue tersebut padahal gue belum ngupload lagu gue ke website.
Akhirnya Over Stupid pada awal tahun awal tahun 2013 memutuskan untuk masuk dapur rekaman dan mempromosikan single pertamanya. Apa yang terjadi? Lagu gue laris dan sering diputer di radio-radio lokal. Over Stupid juga sering diundang tampil di berbagai tempat. Ini menjadi kesibukan baru bagi gue, Arya, Satrio, Novia, dan Wawan. Cita-cita Over Stupid buat jadi band terkenal akhirnya terwujud.
Akhirnya Over Stupid pada awal tahun awal tahun 2013 memutuskan untuk masuk dapur rekaman dan mempromosikan single pertamanya. Apa yang terjadi? Lagu gue laris dan sering diputer di radio-radio lokal. Over Stupid juga sering diundang tampil di berbagai tempat. Ini menjadi kesibukan baru bagi gue, Arya, Satrio, Novia, dan Wawan. Cita-cita Over Stupid buat jadi band terkenal akhirnya terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar