AKU BELAJAR DARI CINTA
Cerpen Karya Laili Nur Rochmah
Cerpen Karya Laili Nur Rochmah
Dewa namanya. Pemuda yang semasa kecilnya sempat merasa hancur karna pergaulan. Saat itu dia masih berumur 15 tahun. Saat itu dia telah menginjak bangku kelas 2 SMP. Dia memiliki seorang pacar yang cukup nakal. Begitu juga dengan teman-temannya yang membuatnya menjadi anak yang gak karuan. Sering dia di panggil guru untuk mendapatkan hukuman di sekolahnya.
Satu tahun yang lalu di kelasnya kedatangan murid baru yang pendiam. Awalnya dia tidak tertarik. Namun ketika dia diam-diam mengamati gadis itu. Dia merasa temannya yang satu ini beda dengan gadis yang lain. Dia tidak banyak omong. Cara berpakainnya sangat simple sekali.
Setiap hari gadis itu selalu membawa sebuah buku yang tebal namun sudah sangat usang. Dewa sangat penasaran pada saat itu. Rasa ingin membacanya sangat tinggi. Dia penasaran apa sih yang di tulis, serius amat, hem.. dia mencoba mencari celah untuk mengobati rasa penasarannya.
Istirahat tiba, semua para siswa segera beranjak ke kantin kecuali Dewa. Ternyata dia punya rencana. Perlahan dia mendekati bangku gadis itu. Celingukkan, berhati-hati, sambil mengendap-endap. Dengan segera dia membukanya dengan hati-hati. Membolak-balik bukunya, dan membuka sampul buku itu. Tertulis nama gadis itu “Azzat Khasinah”. Nama yang indah gumamnya. Membalik halaman berikutnya, tertulis sebuah cerita yang di beri judul “ Mengapa Harus Luna Yang Mengalah”. Dewa mulai membacanya paragrap demi paragrap hingga tak terasa bel untuk masukpun berbunyi.
Dia segera meletakkan bukunya di tempat semula. Semenjak kejadian itulah dia merasa kagum pada gadis itu. Tak banyak yang ia tau tentang gadis itu. Ternyata dia hebat juga ya.. bisa bikin cerita kayak gitu. Aku salut sama kamu nina. Dari situ pula dia baru mulai untuk mengemal gadis yang bernama nina itu.
Nina memiliki sahabat yang tinggal serumah dengan Dewa. Sering sekali Nina main ke sana. Suatu ketika saat seisi rumah pada pergi. Tinggalah di rumah uchi (sahabat Nina) dan Dewa di rumah. Uchi diminta Nina untuk segera mengunjunginya di rumah. Sesegera mungkin Nina menghampiri Uchi kerumahnya. Di sana mereka berdua curhat di kamar sambil bersenda gurau. Yah.. sedikit gossip juga. Hehe
Dewa penasaran apa sih yang di omongin sama mereka berdua?. Dia mengintip ke dalam kamar. Bahkan sok mencari perhatian. Pada saat itu pintu kamar uchi tidak di tutup. Dewa lewat depan kamar terus berkali-kali sampai dia nongolin kepalanya di ujung pintu.
“chi.. kenapa sih Dewa dari tadi kayak gitu? Gak punya teman?” Nina lama-lama risih juga. “ biasa dia emang kayak gitu.. tapi kasian juga sih sendirian..” sambil smsan. Beberapa detik kemudian dia muncul lagi dan berkata “ lagi ngomongin apa sih? Serius amat?”. “ ah.. gk usah ganggu!” Uchi pun melemparkan bantal ke mukanya. “ok.. aku gak ganggu” langsung pergi sambil merengut.
“ets.. kok ngambek? Aku sama Uchi temenin deh kalo gitu..”. bangkit dari tidurnya dan menarik tangan uchi. “liat tv bareng yuk..!!” Nina mengajaknya. Kemudian mereka bertiga melihat tv bersama seperti layaknya keluarga sendiri.
Tiktok..tiktok..tiktok.. suara hp Nina tanda sms. Nomer nyasar. Ada-ada aja orang sekarang ini sms pakek nyasar lagi. Gumam Nina. “cewek kenalan dong”. Nina Cuma jawab “sapa ya?”. Kemudian di jawab “penggemarmu”. Dengan suara keras Nina berkata” ih.. nora’ banget sih nie sms..”. tanpa menjawab smsnya.
Kemudian hpnya berdering lagi. “nana nina..”. Nina cuwek! Dia tidak membalasnya lagi. Beberapa detik kemudian berbunyi lagi dengan sms yang sama “nana nina..”. terus menerus sampai sampai 20 lebih kotak masuk dengan sms yang sama. “ apaan sih?”.
“kenapa na..?” uchi bertanya. “ nomer siapa nie? Kamu tau nggak?” menunjukkan nomernya. “oh.. ini sih nomernya ed...”. Dewa menghentikan jawabannya dengan mencubitnya. “nomernya siapa?” melotot. “ maap gak tau”. Sambil meringis. “ya udah aku pinjem hp mu ngecek nomer!” “ets gak boleh aku lagi smsan”.
Dewa semenjak kagum pada gadis itu dia sering memperhatikannya. Tapi Nina sama sekali tidak menyadarinya. Karna dia tau kalo Dewa udah punya cewek. Emang sih ganteng tapi percuma ganteng kok uraan gk jelas.
Selang beberapa tahun kemudian...
Sekarang dia telah menginjak bangku SMA. Umurnya kini genap 17 tahun. Dia sudah bukanlah Dewa yang dulu. Dia telah menjadi seorang yang pintar, berprestasi, dan tentunya di sukai banyak cewek. Dia sempat menyatakan cinta pada mantan pacarnya namun di tolak. Dan dia mulai mengenal satu cewek yang pinter juga cantik, berpertasi, pokoknya segalanya. Namanya Desy.
Desy anak yang baik, Ia berhasil merenggut hati Dewa. Padahal Desy masih merupakan saudaranya sendiri. Yah.. lebih tepatnya anaknya budhe yang terakhir. Bahkan kebetulan sekali Dewa dan Desy merupakan satu patner yang sama-sama mengabdi di madink. Semenjak itulah Dewa mulai tertarik dengan Desy.
Suatu ketika dia di tawari oleh kepala sekolah menjadi ketua bulletin. Bulletin itu baru saja di buat dia telah mengumpulkan beberapa anak untuk di jadikan satu tim dengannya. Tanpa piker panjang Dewa mengambil tim bulletin itu dari anak madink sendiri. Edisi ke satupun telah terbit. Dia mulai teringat dengan masa lalunya yang sempat menyukai Nina.
Dewa mengajak Nina untuk gabung dengannya. Seusai ujian Dewa menemui Nina yang sedang asik bersenda gurau dengan temannya. Dengan sepontan Dewa melontarkan niatnya tadi tanpa harus piker-pikir dua kali lipat.“ hey Nina! Em.. kamu mau gak jadi wartawan gabung sama timku?” sambil senyam-senyum gak jelas.
“wartawan? yang bener? Ah.. gk lucu lagi ngelucunya!” jawabnya ragu.
” Kamu taukan bulletin yang barusan di bikin sama anak madink? Nah nanti kamu jadi wartawan di situ. Gimana maukan?!” rada maksa.”oke.” jawab Nina setengah ragu. Kaya jelangkung tau! Tiba-tiba nongol gk jelas. Ngilangnya juga gk jelas.
“ok aku tunggu kerjamu!” dan langsung pergi berlalu. Sedang di situ Nina masih terdiam, tertegun, ngelamun. Dalam hatinya berkata gk salah alamat nie.. kenapa coba harus aku? Kan banyak yang pengen jadi wartawan kenapa musti aku. Aku lagi nggak mimpi kan?. Tau darimana dia kalo aku pingin jadi wartawan? Tawaran apaan nie.. gile rasanya pingin teriak yang keras banget bookkk..
“sssttt.. helo!! Kamu gk papakan Nin..?” mengayunkan badan Nina yang mulai melemas.
Serasa ada gempa bumi Nina langsung tersadar dan menggeleng-gelengkan kepalanya. “ eh.. lu denger gk Dewa tadi bilang apa?”
“hahaha jadi gara-gara itu kamu ngelamun? Ciee selamat ya neng...”
“sumpah gk nyangka gue bisa jadi wartawan beneran, jadi gk sabar...”
Untuk memastikan kebenaran ajakan itu nina langsung mengirim pesan kepada Dewa pada malam harinya via hand phone. Melihat balasan dari Dewa yang melegakan hati tak sungkan-sungkan ia membuat kamarnya awut-awutan gk jelas. “ hooreee!!! Trimakasih tuhannn...” teriak-teriak tanpa memperdulikan seisi rumah yang di buat kaget olehnya. “hore! Hore! Hore!”
Dok dok dok. (Suara pintu kamar, yang gk kalah kerasnya sama suara Nina). “Nina?? Buruan tidur!!!udah Jam berapa ini sayaaanggg??”. “iyaa maaa...” menurunkan volume suaranya.
######
Semenjak itu Nina sering sekali sms Dewa. Dan mereka menjadi patner yang serasi. Dewa benar-benar menyukai cara kerja Nina.
Suatu ketika Nina di beri tugas untuk mewawancarai seorang guru yang bernama Bpk.Nurhandani. Dia bingung harus bagaimana? Karna sebelumnya dia belum pernah mewawancarai seseorang dengan resmi. Entah dia harus meminta bantuan siapa?.
Dengan sigap Dewa berkata “ sudahlah.. gk usah bingung ada aku.. nanti aku ajari.. wawancaranya entar aku temenin..”. nina sangat sungkan dengan tawaran itu. Dia memutuskan untuk mengajak teman yang lain saja. Dengan bijaksana pula Dewa mempersilahkan.“Sebelumnya kamu bikin beberapa pertanyaan dulu ya.. dikertas kosong. Nanti aku pingin liat dulu.. okey!” melangkahkan kaki meninggalkan Nina dengan memberikan senyuman manisnya.
Malam harinya dia segera membuatnya. Diterangi lampu duduk yang penerangannya tidak menyeluruh. Dia tetap semangat unuk membuatnya. Ditemani temannya Evi yang lagi tiduran sambil baca komik. “vie.. kamu nginep disini ya..” menari-narikan jarinya di meja belajarnya. “ boleh..” jawabnya singkat.
Tiktok..tiktok..tiktok.. suara hp Nina tanda sms baru. “ gimana udah buat?”. Eh... dari Dewa. Dengan semangat Nina membalasnya. “ ini lagi buat.. entar kalo udah selesai aku sms”. Kemudian langsung membuat lagi dengan perasaan hati yang begitu berbunga-bunga dan penuh semangat. Baru kali ini aku sesemangat ini, andai terus kayak gini pasti inspirasiku untuk buat cerpen jadi lancar dehh.
Beberapa menit kemudian. Nina mulai sms Dewa lagi “ kamu dimana sekarang? Gk pingin lihat hasil pertanyaan-pertanyaanya?”. Dewa membalas dengan cepat. “ Ini aku mau pergi ke masjid depan kompleks rumah kamu.. sekalian lihat hasilnya..” . Nina membalas smsnya dengan senyum-senyum kegirangan. “ ok! Aku kesana sekarang “. Nina mengajak Evi.
Di masjid hati Nina berdebar. Entah rasa apa ini? Terbesit dalam pikirannya kenapa Dewa tiba-tiba jadi gini ya.. kalo gini ceritanya bisa jadi gossip gak bener nih.. eh.. bukannya Dewa udah punya cewek ya.. udah ah.. Mengibaskan kedua tangannya di depan muka sejenak menghilangkan lamunannya.
Di masjid Dewa duduk bersama orang yang biasanya menjaga masjid itu. “ ya Alloh.. iki mau kate ketemuan tho mas.. yo wes tak tinggal wae.. ”. meninggalkan Dewa sendirian.
Dengan senyuman hangat Dewa menyapa Nina yang barusan datang. Dewa berkata “ lama banget.. ngapain aja?”. Nina hanya terdiam dan tersenyum.
Setelah itu Nina menunjukkan secarik kertas yang penuh dengan tulisan ruwetnya. “ gimana menerut kamu? Banyak salahnya ya?” sambil menggigiti kuku jarinya.
“ nggak kata siapa? Bagus kok! Tapi yang terpenting kamu harus bisa membuat pertanyaan dari sebuah jawaban.. ok!” melirikkan matanya dengan manis. Nina tersenyum.
“duduk sini, di sebelahku.. “.ajak Dewa namun Nina menolaknya dia memilih berdiri di sebelahnya.
“ hm.. habis ini mau kemana mau cari makan di luar yaaa..?”
“hmm. Iya. Eh udah dulu aku udah di tunggu mamaku nie”
“entar dulu ah, aku belum selesai niebacanya..”. Maksa.
“buruan! Keburu malem nie..” celingukan gk jelas waspada takut entar kalo ada yang tau.
“ya ampun neng, dari tadi juga udah malem kale. Hahahahaha”
“ih. Gk waktunya buat ngelucu. Udah ah bawa aja kertasnya”. GK SABAR
“bentar kok bacanya.”. beberapa menit kemudian. “nie bawa kertasnya” memberikan kertas lecek itu dengan lembut.
“ya udah aku pulang dulu...”. pergi gitu aja tanpa meninggalkan senyuman. SINIS
“oke. Hati-hati ya..”
Di perjalanan pulang Evi berkata “ Dewa so sweet ya..”. Nina menjawabnya singkat “ apanya yang so sweet? Biasa aja”. Jawab Nina spontan.
“ emang so sweet kok aku nggak pernah tau dia kayak gini..” melamun membayangkan apa yang barusan aja terjadi.
“eh.. mentang-mentang dia banyak yang ngefans trus lumayan ganteg juga jadi kamu mulai ikut-ikutan ngefans gitu.. huuuuu..”
############
Yupz.. hari pertama untuk wawancarapun tiba. Dengan tubuh yang gemetaran dia memberanikan diri untuk segera menunaikan pekerjaannya. Berkat dorongan dan dukungan dari Dewa, Nina sangat bersemangat dan bertekat bulat.
Ketika wawancara di mulai dia bingung harus memulainya dari mana. Dengan mengucap kalimat “ BISSMILLAHIRROHMANIRROHIM “ hatinya tenang dan memulainya dengan santai.
Sepulang dari wawancara Nina segera menekan tombol-tombol hpnya untuk segera sms Dewa. “Ewa.. aku dah selesai wawancara.. hm.. lega rasanya” sambil senyum-senyum sendiri. “ok! Jadi kapan kamu mau nyusun hasil wawancaranya?”. Nina menjawab penuh semangat “ Secepatnya!”.
Hari demi haripun telah berganti. Nina telah mengerjakan tugasnya tepat pada waktunya. Dewa pun segera meminta hasil wawancaranya. Sepulang sekolahlah Nina membarikannya pada Dewa.
Dari kejauhan terlihat Dewa yang melambai-lambaikan tangannya seraya memberitahukan jika ia akan segera menemuinya di depan kelas Nina. Dengan bergegas, jantung berdebar, dan dengan wajah yang tertunduk Nina menghampirinya denagn perasaan yang amat malu. Namun tak ada pilihan lain. Walau banyak sekali teman-teman yang ada saat itu tak menghalangi langkah mereka berdua.
Nina mengulurkan tangan yang membawa secarik kertas bergaris yang akan di berikan pada Dewa. Dengan segera dan lembut Dewa menjabut kertas itu dari tangan Nina. “ Makasih ya.. “ tak lupa Dewa meninggalkan salam senyum-nya. Nina hanya menjawab “ ya “ dan segera meninggalkan Dewa yang masih tetap berdiri tertegun.
Perasaan Nina mulai kalang kabut. Saat melangkahkan kaki memasuki kelas teman sekelasnya menyorakinya. Wajahnya pun mulai terlihat kemerah-merahan. Menahan malunya. Untungnya teman-teman Nina tidak menganggapnya serius. Mereka hanya mengira,mereka adalah patner kerja. Padahal jika mereka bisa saling jujur semua masalalu akan menjadi awal kisah cinta mereka.
Keesokan harinya di kelas Nina di tanya Alfi teman sebangkunya “ kamu sekarang deket sama Dewa ya...” Nina menjawabnya dengan santai “ eeeeeem.. bisa di bilang gitu sih.. tapi aku deketnya nggak lebih dari sepasang patner kok!..”. alfi semakin penasaran “ patner apa? “. Tanpa piker panjang Nina menjawab “patner bulletin..”
“ Sebenarnya aku bingung al..” menatap wajah alfi serius. “ aku bingung sama sikap Dewa kenapa akhir-akhir ini dia agak perhatian gitu.. nggak tau kenapa dia selalu mau aku mintai bantuan.. lagian di kelas ini kan banyak ya yang pingin jadi wartawan, tapi kenapa Cuma aku yang di ajak gabung sama dia? Bukannya aku GR sih.. tapi ini emang kenyataan. Padahal aku sebelumnya belum pernah ikut madink.. sedangkan patnerku yang lainnya bener-bener udah berpengalaman “.
“ sebenernya aku udah lama nyimpan rahasia ini!”. Alfi membalas tatapan muka Nina dengan tampang serius. “ Nin.. sebenarnya Dewa suka sama kamu ss...” Nina menghentikan ucapan Alfi. “ nggak al.. gk mungkin...” mengeleng-gelengkan kepalanya. Dengan tegas Alfi menjawab “ sudah dari dulu. Dia sendiri yang bilang ke aku! Udah sekitar 3 tahun yang lalu”.
Alfi menatap mata Nina sekali lagi dengan serius. “Nin.. Dewa dulu pernah baca buku kamu yang sering kamu bawa ke sekolah. Kamu masih nyimpen bukunya kan” mencoba meyakinkan Nina.
“buku yang mana ?” masih bingung.
“buku yang biasanya kamu buat nulis cerita-cerita kamu. Masak udah lupa?. Nah dari situ dia mullia kagum sama kamu. Kalo memang kamu gk percaya okelah. Kamu bisa Tanya sendiri.”
Dengan hati berdebar, serasa jantung sejenak berhenti berdetak, raut muka yang serius menjadi wajah yang shok!. Seraya dalam hati Nina berkata. “ gk mungkin! Kalo emang bener gitu kenapa dia selama ini menyembukannya dari aku? “.
Alfi tidak berkata banyak. Dia seakan-akan benar-benar ingin meyembunyikannya dari Nina. Nina menganggap ini hanya lelucon yang di buat Alfi dengan Cuma-Cuma. Walau sebenarnya dalam hati Nina begitu senang. Alfi mengingatkan suatu hal bahwa jangan sampai Dina (temen sekelas yg suka sama Dewa) itu tau masalah ini. Nanti Nina bisa terancam.
############
Suatu ketika saat santai-santai di balkon kamar sambil minum teh makan biscuit Nina di kejutkan dengan sebuah info di sebuah majalah terkenal. Infonya “ KIRIMKAN ARTIKEL KAMU YANG SESUAI DENGAN TEMA YANG TELAH DI TENTUKAN, CANTUMKAN NAMA DAN NO. TELPON, JIKA BERUNTUNG ARTIKEL ANDA AKAN DI MUAT DAN MENDAPATKAN UANG SEBESAR Rp.350.000”.
Uhuk..uhuk..uhuk.. Nina tersendak teh. Dengan senangnya lonjak-lonjak kayak kepiting kepanasan, ia melonjak-lonjakan tubuhnya kekanan dan kekiri. Hem.. bisa minta bantuan Dewa nih.. hehehehehe.. rasanya gk sabar mau ketemu dia di sekolah.
Disekolah pada jam istirahat Nina menunggu Dewa lewat depan kelasnya namun hingga bel masuk berbunyi dia tak kunjung datang. Dengan wajah yang tertekuk Nina kembali masuk ke kelas dengan kesal. “hei! Kenapa neng cemberut aja” suara alfi yang cetar membahana. “nungguin Dewa lewat dari tadi, tapi gk lewat-lewat.. kesel deh...” (melipatkan kedua tangannya di dada).
“cieee.. napa gk sms aja?” sambil nata mejanya dari buku-buku yang kesana kemari. “hem.. entar malem aja deh kalo gitu..”
Tepat pada malam itu Dewa sedang nonton tv sendirian di rumah om_nya, sambil makan kacang minum kopi dan nggak lupa rokok yang sudah siap di hisab. Dia punya cewek baru namanya Desy. Sedikit lebih tua sih dari Dewa. Desy kuliah pada malam itu jadi nggak ada smsan pada malam itu. Tapi rasa galau sirna karna Nina sms Dewa dengan pertanyaan yang jarang di lontarkannya.
“Ewa... aku boleh minta tolong nggak”. Kalimat sms pertama. Dengan bergegas Dewa menjawabnya. “boleh apa?”
Dibalasnya lagi, “ aku pengen ngirim artikel ke sebuah majalah. Bantuin ya..”
Dewa membalasnya tanpa piker panjang dan harus dua kali lipat. “oke. Kapan?”
“belom tau.. aku enaknya konsultasi sama siapa ya..?”
“em.. sama Pak Atok aja..”
Dengan ragu dan tak percaya diri Nina bertanya “ kira-kiara aku bisa nggak ya? menurut kamu gimana?”
Dewa memberikan solusi “selama kamu sungguh-sungguh ingin menggapainya dan terus berusaha aku yakin kamu pasti bisa.. eh.. entar kalo berhasil dapet uang ya.. cieee”
Cekikian dalam hatinya “kikikikikiki” sambil megangin hpnya erat-erat takut ada tangan penasaran yang pengen baca smsnya.. “he! Kenapa nin.. ketawa ketiwi nggak jelas?”. Nina tidak menghiraukannya. Lanjut ngetik smsnya. “ hehe yupz.. entar bagi dua deh..”
Dalam hati Dewa “ wah.. tawaran yang Cuma-Cuma nih.. hehehe” untung saja waktu itu di rumah sedang tidak ada orang. Klik balas “ oke. Gampang lah..”
“tapi benerankan kamu mau bantu aku..”
“ yupz.. enak lho.. bisa dapet uang..” nyengir-nyengir gak jelas
“ye.. kalo lagi bahas uang aja kamu langsung semangat..!”
“ aku semangat lihat semangatmu bukan persenannya”
“ yakin loe.. emang gimana coba semangat ku?” penasaran.
“ AL INSAANU SIRRI WA ANA SIRRUHU.. pahami sendiri”
Kalimat apaan nie... gk paham gue.. baru denger.. susah deh kalo musuh ahli Nahwu.. bodo.ah.. “ lagi smsan mas bro!”
“ nggak nie..”
Yah .... smsan berahir begitu dingin. Nina takut Dewa ngomong yang enggak-enggak. Takutnya entar di sangka Nina ngerusak hubungan orang-lain lagi. “oh.. my got..”
Semalaman Nina gak bisa tidur dia terus membolak-balik kata-kata yang barusan dia dapet.
Esok harinya di tempat kursus Nina tanya sama Alfi sahabatnya apa arti bahasa arab yang baru di kasi Dewa kemarin malam. Dengan segera alfi menjawab “kayaknya sih.. diamnya manusia itu adalah diamku”.
“yang bener aja.. apaan nie, aku tetep gk paham.. huft..” menghela nafas dan langsung meninggalkan Alfi .
Nina terus mencari makna yang terkandung dalamnya. Hingga dia adakan wawancara di berbagai guru nahwu maupun temen-temen yang lainya. Dan sekaligus dia mengerjakan artikel yang akan di muat di majalah. Dengan bantuan dari Dewa akhirnya artikelnya dimuat dan dia mulai menjadi patner kerja di majalah itu.
Hingga pada suatu saat akhirnya dia benar-benar mengetahui makna arti dari kalimat tersebut. “kenapa Dewa kasih aku kalimat ini? Aku tau sekarang kalo artinya manusia itu rahasia dan rahasianya ada padaku”
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Nina dan Dewa semakin akrab dan dekat. Padahal waktu itu Dewa udah punya pacar. Tapi entah mengapa Dewa lebih suka dengan Nina ketimbang pacarnya itu.
Bagi Dewa Nina itu orang yang bikin dia udah berubah menjadi lebih baik dari sekarang. Dewa ingin memilikinya sebelum di miliki lelaki lain. Entah dari mana perasaan itu muncul. Yang jelas untuk saat ini dia benar-benar menyukainya. Dan dia akan segera memutuskan pacarnya demi Nina.
Pada tanggal 10 juli Dewa menyatakan cintanya pada Nina. Tepat saat tanggal ulang tahunnya. Dewa mengudangnya diner di salah satu resto yang udah di boking dari kemaren. “ nina maukah kau menjadi pacarku “. Ia menyatakannya dengan membawa kalung liontin yang di dalamnya terdapat foto mereka berdua. Tanpa pikir panjang Nina pun menerimanya.
Kini mereka telah menjadi sepasang kekasih. Meski banyak yang mencaci Nina dan berusaha merusak hubungan mereka, tapi mereka tetap saling percaya. Impian Nina untuk menjadi penulis akhirnya terwujud berkat bantuan dari Dewa dan tentunya juga berkat Tuhan Yang Maha Esa. Dari cinta yang diberikan Dewa, Nina mulai banyak belajar. Menjadi lebih dewasa dan mengerti apa arti hidup ini.
Mungkin ini akhir kisah mereka. Yang pada akhirnya menjadi sepasang kekasih yang begitu romantis sekali. Nina berkata pada Dewa “ Dinding masjid saksi bisu pertama kali kita bertemu, saksi bisu yang hingga saat ini hanyalah kenangan. Awal menitih cita-cita, awal mewujutkan impian dan kini aku telah memilikimu. Tak meninggalkanku yang selalu butuh kamu. Kita akan tetap bersama di penghujung akhir cerita ini”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar