CINTA TULUS DARI AKILA
“Akila”, ku lihat dia gadis yang ku panggil namanya dengan lembut
sedang serius menatap layar laptop di depannya, oiya perkenalkan namaku
Nela, sedikit bangga aku sahabat Akila yang paling setia menemaninya,
aku dan Kila (sapaan akrabku untuknya) telah bersahabat sejak pertama
kali kami sama-sama masuk ke bangku Sekolah Menengah Pertama dan
sekarang kami tengah menghadapi tugas akhir kuliah, lama yah. Rasanya
baru kemarin aku melihat dia dengan rambut poninya yang tipis sebahu,
manis sekali, dan sekarang kami telah sama-sama dewasa. Tapi sekarang
ada satu hal yang tak aku mengerti tentang dia, Akila.
“Kila woy, lu gue panggilin diem aja dah” aku memanggilnya lagi, dia
memang selalu begitu terlalu asik dengan dunianya. “Hmm, yaa..” Kila
menjawab panggilanku dengan malas dan tak memalingkan wajahnya
sedikitpun dari layar laptop. “Ini apa? Liat gue bentar” aku tak sabar,
sesuatu yang ingin ku tanyakan benar-benar suatu hal yang tak bisa ku
mengerti. “Apaan sih, Nel? Lu ganggu gue aja dah!” akhirnya Kila
mengalah, dia menatap layar laptop yang saat ini ku pegang “Oh itu..”
Kemudian ia kembali menatap layar laptopnya sendiri.
“Kila, gue serius, tolong jelasin ini apaan?” Sedikit kesal aku melihat keacuhan Kila kali ini.
“Hmmm” Kila menggeser posisi duduknya “itu blog gue, Nel. Kenapa?”
Kila merapikan rambut sebahunya yang menjuntai berantakan “Lu kan tau
gue demen nulis, masa lu tanya sih itu apaan, Nel.” lanjutnya.
“Ya, ya gue tau lu demen nulis, tapi isi tulisan lu ini maksudnya
apaan? Ada yang lu sembunyiin dari gue ya?” Aku masih penasaran dan
ingin mendengarkan penjelasan seutuhnya dari Kila.
“Nela sayang, itu blog gue ya tulisan gue, kan gue udah pernah bilang
ke lu, belum tentu semua yang gue tulis itu tentang gue, ya kan?” Aku
terdiam mendengarkan ucapan Kila, rasanya ada benarnya juga, tapi yang
ini aneh, tulisan-tulisan Kila kali ini seperti sedang menuliskan kisah
nyata seseorang yang tak asing bagiku. “Oke, udah gue jawab kan? Gue mau
lanjut ngetik nih, deadline cuy” Kila kembali asik menatap layar
laptopnya.
‘Ah mungkin iya ini hanya firasatku saja’ rutukku dalam hati.
Kemudian aku meninggalkan Kila yang sibuk dengan laptopnya menuju
kamarku.
Di dalam kamar aku kembali stalking blog Kila, cerita yang sedang ku
baca mengharukan sekali, kisah seorang wanita yang akhirnya merelakan
lelaki yang dicintai untuk bahagia dengan jalannya sendiri, wait!
Tunggu, ini apa. Ya Tuhan, Akila, aku harap kamu sedang tak berbohong
padaku. Disitu tertulis “jika saja Alexandria tak pernah menyerah dengan
sesuatu yang belum tentu takdir Tuhan, jika saja Alexandria yakin bila
Andromeda adalah cinta sejatinya, mengapa Alexandria harus menyerah saat
itu? Padahal Alexandria tau, ia sangat mencintai Andromeda…”
Alexandria Andromeda kedua nama itu tak asing lagi di telingaku, ya
Tuhan Akila, aku benar-benar tak menyangka, akhirnya aku mencoba mencari
kebenaran dengan apa yang aku fikirkan, ku baca dari post terlama yang
Akila kirimkan, satu persatu, perlahan-lahan, dan tanpa terasa air
mataku menetes. Akila, masih saja seperti dulu, seseorang yang ku kenal 8
tahun yang lalu. Di sini kembali, masih di depan layar laptop aku
menerawang jauh ke delapan tahun yang lalu.
Saat itu aku dan Akila masih duduk di bangku kelas sembilan SLTP,
Kila sedang jatuh cinta dengan laki-laki kelas sebelah, namanya Arai.
Setiap hari topik pembicaraan kami hanya membahas tentang Arai Arai dan
Arai, tak ada yang lain, bahkan lucu sekali ketika Akila meneteskan air
mata menceritakan tentang Arai, sebenarnya aku kesal kenapa Kila harus
selebay itu mencintai Arai. Tapi aku sebagai sahabat yang baik tetap
setia mendengarkan cerita Akila.
Arai, laki-laki pendiam yang memiliki senyum manis dan tatapan mata
yang tajam menghanyutkan menurut Akila. Memiliki nama lengkap Arai
Febrian, dia satu komplek perumahan dengan Akila. Kata Akila, sebenarnya
dia telah mengagumi Arai sejak masih duduk di bangku kelas 5 SD,
bolehlah aku mengatakan Akila gila, sejak kelas 5 SD dan itu sudah 4
tahun lamanya Akila masih memujinya setinggi langit seperti ini, huft
banget kan? Sekarang saat kami kelas sembilan, Akila baru diberi
kesempatan untuk dekat dengan Arai, dan itu membuat Akila semakin gila,
tiada hari tanpa menceritakan Arai, Arai, dan Arai, sepertinya di dunia
Akila hanya ada Arai seorang. Akhirnya pucuk dicinta ulam pun tiba, Arai
dan Akila jadian, well aku ikut bahagia melihatnya, mereka memang
serasi sekali memiliki sorot mata yang sama dengan alis tebal yang
hampir mirip, pokoknya meski mereka bukan golongan orang yang cantik dan
tampan tapi mereka cocok, sangat ideal.
Satu sekolah kami tahu bagaimana jalan cerita cinta antara Arai dan
Akila, tak jarang juga tatapan-tatapan iri yang melihat keharmonisan
mereka, aku pun iri, rasanya ingin memiliki pasangan seperti Arai dan
Kila, sama-sama saling mencintai dan menyayangi sepenuh hati, selalu ku
lihat cinta dimata Arai dan Kila saat mereka saling menatap, ummm
pokoknya mereka so sweet. Dan kisah mereka seperti kisah-kisah bahagia
di dunia dongeng, selalu bersama bahagia, saat Kila kesusahan, Arai
orang pertama yang akan membantunya selain aku, saat Kila menangis, Arai
adalah tempat bersandar terbaik yang dimiliki Kila saat aku tak ada,
lebih dari berbulan-bulan sampai saat kelulusan Arai dan Kila akhirnya
mendapatkan sekolah yang berbeda. Meski begitu mereka tetap selalu
bersama, ya walaupun gak dipungkiri juga ada keributan-keributan kecil
yang tak terhindarkan, sampai suatu saat Arai menyerah mempertahankan
Kila.
Aku ingat sekali saat itu, ulang tahun kedua Arai bersama Kila, Arai
meminta Kila berhenti mencintainya, Arai bodoh sekali mana mungkin Kila
yang begitu mencintainya mampu melupakan dia begitu saja, disitu aku
sebagai sahabat Kila yang paling baik melihat sendiri betapa terlukanya
Kila dengan keputusan Arai. Tapi memang mereka memiliki cinta yang
sama-sama besar, akhirnya mereka kembali bersama lagi, bertahun-tahun
sampai pada suatu hari Kila mendapat teguran dari keluarganya, mereka
meminta Kila untuk tak melanjutkan hubungannya dengan Arai. Sebenarnya
hal itu telah lama terjadi, tapi Kila selalu mempertahankan hubungannya
dengan Arai, karena Kila yakin, Arai adalah cinta pertama dan
terakhirnya, tapi yang saat itu terjadi benar-benar menggoyahkan
kekuatan cinta Kila, karena Arai yang mulai berbeda dan Kila yang mulai
tak memahami Arai, akhirnya saat itu mereka memutuskan untuk berpisah,
benar-benar berpisah, karena faktanya sampai saat ini setelah 5 tahun
kejadian itu berlalu tak ada lagi Arai dan Akila yang menyatu meski
mereka tetap akrab layaknya seorang sahabat.
Ah, kenapa aku harus menerawang sejauh ini? Tapi serius aku
benar-benar tak menyangka selama ini aku masih setia menemani Akila,
menjadi tempat dia menceritakan berbagai hal tentang kehidupannya,
tentang kisah cintanya dengan laki-laki lain selain Arai, tapi aku tak
pernah mendengar kisah tentang ini lagi setelah perpisahannya dengan
Arai lima tahun silam. Akila masih mencintai Arai, rasanya menohok
sekali, teman macam apa aku ini, masa aku sama sekali tak mengerti
tentang perasaan Akila.
Memang sih, hal aneh ini sudah aku cium sejak terahir kali Akila
menjalin hubungan dengan laki-laki lain tiga tahun yang lalu, Akila tak
pernah lagi menceritakan tentang laki-laki yang biasanya begitu banyak
mencoba masuk dalam hidup Kila. Pernah aku tanya apakah Kila tak mencoba
membuka hati untuk laki-laki lain selain Frans, nama pacar terakhirnya.
Kila hanya tersenyum pias, aku kira selama ini dia memilih sendiri
tanpa laki-laki karena Kila belum bisa melupakan Frans, tapi faktanya Ya
Tuhan, ternyata ini jawaban dari semua pertanyaanku, Kila masih
mencintai Arai, ah Kila.
Rasanya ini tak mungkin, karena Kila tak pernah menceritakan
bagaimana perasaan Kila pada Arai, terahir Kila cerita tentang Arai dua
tahun yang lalu, semester tiga di bangku kuliah, dia hanya bercerita
bahwa Arai telah memiliki seorang kekasih yang cantik dan anggun, well
apa aku yang kurang peka, tak ada gurat kekecewaan di sana tak ada rona
kecemburuan yang ada Akila bahagia, tersenyum dengan lesung pipinya, aku
pun ikut senang mendengarnya. Lucu sekali kan bagaimana mungkin Akila
bisa membohongi perasaanya sendiri, menutupnya terlalu rapat
sampai-sampai aku sahabat yang hampir 24 jam bersamanya pun tak mengerti
perasaan Kila untuk Arai, hanya di blog ini Kila mencurahkan semuanya
meski tanpa nama tokoh tapi aku tau ini semua tentang Kila.
Keesokan hari…
Akila sedang merapikan rambutnya yang ia kuncir satu di belakang ketika
aku menghampirinya, dasar bocah sudah sebesar ini masih menguncir rambut
macam anak SMP. “Lu mau kemana, Kila?” Tanyaku padanya. “Gue mau ke
toko buku, katanya ada novel baru, ikut gak?” Jawab Kila. Aku fikir
mungkin ini waktu yang tepat untuk meminta penjelasan dari Kila atas apa
yang aku pertanyakan semalam, “oke gue ikut, tapi abis itu mampir ke
cafe langganan kita ya, kangen gue nongkrong di sana.”
“Ya, udah sana lu siap-siap, gue gak mau bawa orang kucel model lu ke
toko buku” cengir Kila, aku melempar bantal tapi dia berhasil
menghindar, payah! “Oke wait!” Aku bergegas menuju kamar.
Setelah mengelilingi toko buku yang Kila maksud akhirnya kita sampai
juga ke cafe yang aku maksudkan. Aku sudah tak sabar menginterogasi Kila
soal hal ini, “Kila, gue mau tanya serius, tapi lu harus jujur
jawabnya.” Tandasku.
Kila tertawa sambil menyeruput cappucino dinginnya “apaan sih lu Nel dari kemaren aneh mulu bawaannya haha.”
“Kila gue serius, gue lagi gak pengen bercanda.” Aku mulai gusar tak tenang.
“Oke oke nona cantik, silahkan tanya, apa-apan sih ini Nela, sakit ya lu?” Kila memegang keningku tapi langsung aku tepis.
“Lu masih suka sama Arai ya?” Gotcha! Kila tersedak, terbatuk-batuk sampai merah pipinya.
“Haah? Haha, lu bercanda ya Nel, lu kan tau dia udah punya cewek”
Kila menenangkan dirinya, ah Kila, kamu lihay sekali membohongi
perasaanmu, tapi kali ini tidak lagi.
“Lu gak usah boong, Kila. Gue udah baca semua isi blog lu, ya ampun,
gue baru sadar semuanya sekarang, kenapa lu gak pernah cerita ke gue?”
Sungutku. Kila terdiam, lalu..
“Gue harus jawab apa, Nel?” Masih dengan muka menyebalkannya.
“Lu harus bilang jujur ke gue! Harus, gak pake nawar!”
“Oke baiklah, ahaha lu tau sendiri Nel gue bukan orang yang mudah
boong, apalagi sama Lu, gue ngelak juga percuma, haha” apaan coba Kila
ketawa gitu, faktanya dia berhasil membohongiku tiga tahun ini.
“Gue emang masih cinta sama Arai, ya ya cinta yang dulu, yang pernah
gue coba lupain tapi nyatanya itu cuma bikin gue bener-bener tau kalo
sebenernya gue emang cintanya sama Arai bukan Frans juga bukan yang
lain.”
Terkejut aku mendengarnya, “terus lu udah pernah nyoba bilang perasaan lu ke Arai, Kil?” Tanyaku.
“Enggak, haha. Pernah sih gue kodein, dulu pas pertama gue putus sama
Frans, Arai demen banget tuh mancing-mancing gue biar gue bisa keinget
masa lalu gue bareng Arai. Tapi ya gitu..”
“Gitu gimana?” Aku semakin penasaran.
“Ya gitu, setelah gue inget semua hal yang dulu pernah terjadi antara
gue dan Arai, dia malah menghindar dari gue, gak tau sih ini perasaan
gue aja apa gimana, yang jelas Arai mulai menjauh dari gue, emang sih
masih sering telponan, setiap gue galau juga dia dateng, nemenin gue,
ngehibur gue, tapi setelah itu dia menghilang..” Kila menghabiskan sisa
Cappucinonya.
“Dan lu diem aja?”
“Iyalah, emang gue mau apa kalo di sananya udah kaya gitu, lu faham gue kan Nel, gue bukan orang yang suka maksa orang.”
“Tapi Kila, Arai gak tau kan perasaan lu sebenernya gimana?”
Kila terbahak. “Jangankan Arai, lu sahabat gue sendiri aja gak tau kan? Haha”
“Ah iya, lu gak pernah ceritain ini.” Aku dan Kila sama-sama terdiam. “Terus lu mau gimana, Kila?” Aku memecah keheningan.
“Yaa gak gimana-gimana, haha. Gue menikmati semua ini kok, mencintai dalam diam, mencintai tanpa ada yang tau hehe.”
“Kok lu bisa? Akila yang gue kenal tuh orang yang selalu ekspresif
dengan apa yang dirasain, kalo suka bilang suka kalo engga bilang engga,
kenapa sekarang kaya gini?”
“Nel, lu kan tau semenjak gue sama Frans dulu gue udah berusaha
menjadi pecinta yang baik, entah baik yang bagaimana yang jelas asal
Frans bahagia ya gue ikut bahagia, begitu juga sama Arai, yang penting
dia bahagia aja..”
Kami sama-sama terdiam, menikmati fikiran kami masing-masing. Lalu..
“Sebenernya gue udah nyoba bilang perasaan gue ke Arai, Nel.”
“Terus?”
Kila menghela nafas. “Arai gak percaya, kata Arai gak mungkin gue
masih sayang Arai, karena gue segitu galaunya pas ditinggalin Frans.”
Sekarang aku lihat betapa terlukanya Akila yang aku kenal. “Dan lu tau
gak Nel, pas itu gue langsung putus asa, gue gak tau harus bilang apa
hehe apalagi pas gue tiba-tiba jadi galau gara-gara Arai bukan Frans,
dia bilang gini ke gue Nel ‘Kila, gue tau perasaan lu, gue juga sering
kok galau tiap keinget lu, inget jaman gue dulu masih sama lu, tapi
bukannya hidup itu harus maju ke depan, Kil? Bolehlah sedikit galau dan
ngelirik masa lalu, tapi jangan keterlaluan, kita tatap masa depan,
oke?’ Dia bilang gitu, Nel. Gue harus gimana coba? Haha” ada luka yang
aku dengar di suara Kila, tapi aku pun tak bisa berbuat banyak.
“Berarti lu harus move on Kil..” Sebenernya gak yakin sama saranku
barusan, ini sudah lepas tiga tahun dan Kila masih stuck aja, apa move
on sesusah itu buat Kila?
Kila merubah posisi duduknya, kali ini lebih santai, bersender ke sofa dan mata melihat ke langit-langit cafe.
“Gue bukan tipe orang yang seneng melakukan apa yang lu sebut ‘move
on’ Nel, gue cuma percaya sama takdir, kalo sekarang gue masih stuck
kaya gini ya mungkin takdir gue emang kaya gini, gue cuma bisa hidup di
masa lalu Arai, bukan untuk masa depan Arai, kasian ya gue, padahal dari
dulu sampai sekarang hati gue masih ngarah ke dia belum bisa pindah.”
Kila menangis, airmata pertama yang ku lihat setelah terahir kali saat
kehilangan Frans dulu.
“Kila, sabar..” Aku mencoba merangkul Kila sekarang.
“Ya, gue sabar kok, tapi sekarang gue bener-bener ngerasa putus asa
dan gak bisa berbuat apa-apa Nel buat hati gue sendiri, karena bulan
depan..” Kila menutup matanya, airmata mengambang di sudut matanya
hampir menetes, aku masih memeluk Kila, perlahan bertanya “bulan depan
kenapa Kila?”
Kila menangis, benar-benar menangis, sesenggukan, ku ambilkan dia
tissue dan menunggu Kila tenang. “Maaf ya Nel, gue cengeng”, “gak papa
Kil, lu udah mendem ini sendirian terlalu lama” tanpa terasa airmataku
pun ikut menetes.
“Bulan depan Arai nikah, Nel. Gue dapet undangannya, baru aja tadi
pagi.” Serasa disambar petir aku mendengarnya, tiba-tiba aku merasakan
sakit yang dirasakan sahabatku, aku memeluk Kila semakin erat dapat
kurasakan tubuhnya berguncang. “Gue gak tau harus bahagia apa sedih
denger ini semua Nel, gue bahagia karena akhirnya Arai menemukan
kebahagiaanya, tapi gue sedih, gue gak yakin apa gue bisa ngeliat mereka
hidup bahagia dengan anak-anaknya nanti, sedangkan di sini gue masih
punya cinta yang teramat dalam buat Arai, gue gak tau harus gimana..”
Aku ikut bingung, bagaimanapun juga Kila sahabatku, kami seperti satu
jiwa dalam dua raga. Saat Kila seperti ini aku tak tau harus mengatakan
apa, pasti berat, tak mungkin Kila merusak hubungan Arai yang sudah
mantap ke jenjang yang lebih serius, Arai berhak bahagia. Tapi ku rasa
semuanya belum terlambat, masih bisa ku lakukan sesuatu sebelum akhirnya
Arai mengucap janji di depan penghulu, masih bisa kuhentikan karena ku
yakin Arai memiliki perasaan yang tak jauh berbeda untuk Kila.
Akhirnya setelah perbincangan kami itu, aku dan Kila memutuskan untuk
pulang ke rumah karena senja pun telah jauh meninggalkan kami.
Sesampainya di rumah aku melakukan hal gila, tanpa sepengetahuan Kila
aku mengirimkan satu email kepada Arai, karena yang aku tau aku hanya
bisa melakukan ini untuk sahabatku, Kila.
To: Araifeb{-at-]ymail.com
From: Arnelavi[-at-]ymail.com
Hal: penting Rai, lu harus baca!
Hay Arai, gue Nela masih inget kan? Sahabat deket Kila. Udah lama ya
kita gak pernah kontakan, sorry nih kalo email gue agak ganggu lu.
Oke, gue langsung ke topik pembicaraan aja, gue denger lu mau nikah ya, Rai? Kapan? Selamat ya? Kok gue gak diundang haha.
Arai gue tau, ini udah gak penting buat lu, tapi menurut gue sebelum
semuanya terlambat gue pengin lu tau, Kila masih sayang banget sama lu,
Rai. Gue gak ngerti hati Kila terbuat dari apa, kenapa udah sekian lama
waktu berlalu perasaan dia masih stuck ke lu. Gue tau pasti lu gak
percaya, karena awalnya juga gue gak percaya, tapi setelah gue baca
semua isi blognya dia dan gue tanya langsung ke Kila, ternyata emang
bener, dia masih mencintai lu.
Kila konyol ya Rai, kenapa dia harus mendem perasaan dia selama ini cuma
sendiri, bahkan gue yang sahabatnya aja gak tau, tapi gue sadar,
ternyata itu yang disebut ketulusan. Kila rela tersakiti ngeliat lu sama
cewek lain, asal lu bahagia Kila juga ikut bahagia. Keliatan munafik
ya? Tapi engga kok, Kila bener-bener tulus sayang sama lu, Rai. Gue
takjub ngeliat pengorbanan Kila buat lu, 12 tahun mencintai lu dalam
diam ternyata gak pernah ngurangin sedikitpun cinta dia buat lu, terharu
gak sih lu ternyata di dunia ini ada yang sayang sama lu kaya Kila? Gue
aja yang denger terharu.
Gue emang gatau perasaan lu sekarang gimana ke Kila, tapi gue yakin
sebenernya jauh di lubuk hati lu masih ada kan perasaan untuk Kila,
ayolah boy semuanya belum terlambat! Inget kesempatan cuma dateng
sekali, kalau dua kali berarti itu keberuntungan. Dan gue sebagai
sahabat Kila juga sahabat lu, gak pengen dua sahabat gue ini menyesal
cuma gara-gara gak memanfaatkan kesempatan yang ada dan membohongi diri
sendiri, menikah bukan soal gampang yang ketika bosan lalu berpisah, lu
harus ngejalanin sama orang yang bener-bener lu sayang dan lu yakin dia
bakal selalu ada buat lu di susah seneng sama lu, dan gue percaya Kila
adalah orang yang tepat buat lu, Rai.
Sorry gue ikut campur, gue cuma pengin ngeliat kalian bahagia bersama,
bukan satunya bahagia yang lain merasakan bahagia dalam luka. Think
again ya bray, gue percaya lu bisa milih mana yang baik buat lu.
—
Satu tahun kemudian…
Aku rasa sekarang tugasku menjaga Kila sudah selesai, setelah kami
mengahiri studi di universitas, Kila mendapatkan pekerjaan yang dia
inginkan, dan hey lihat sekarang siapa sosok yang tengah menggenggam
erat tangan Akila, Arai. Ya Arai Febrian! Yihaa. Ternyata usahaku saat
itu tak sia-sia. Keesokan harinya setelah email setan yang kukirimkan ke
Arai, yang Akila marah besar kepadaku karena itu membuahkan hasil, Arai
datang dengan sebuklet jasmine di tangannya, well jasmine memang bunga
favorit Arai dan Akila. akhirnya mereka kembali lagi, kembali menjadi
Akila dan Arai yang dulu, yang saling mencinta dan memiliki sorotan
cinta.
“Woy Nel, lu bengong aja kita samperin” Akila mengejutkanku.
“Haah? Oh iya, haha.”
“Malah kaget, liat nih, taraaaa!!!” Kila menunjukkan satu undangan di
depanku. Aku terkejut ku buka dan mataku langsung terbalalak, di sana
tertulis.
Akila Feranda
Dan
Arai Febrian
Ah Tuhan, terimakasih, akhirnya aku memeluk Akila, dan berdoa semoga kebahagiaan selalu menyertai mereka. Aamiin
Finish :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar