Sabtu, 21 Maret 2015

Kini Tugasku Telah Selesai (Part 3)

Kini Tugasku Telah Selesai (Part 3)

Aku mencoba menekan tombol-tombol yang ada di blackberryku.. aku memasukan email sosialku.. aku mencoba melihat apa kegiatan Rian, dan ternyata semua statusnya membuat aku ingin menangis, aku melihat itu, iya melihat itu semua.. ternyata benar kamu lagi asik dengan teman-teman kamu, tidak adil.. aku menunggu kamu tapi kamu tertawa di atas sana..
“kenapa kamu menangis lagi Fay?”
“And.. kenapa secepat ini kamu datang?”
“aku membaca pesanmu, dan aku meminta izin kepada atasanku.. aku tau kamu membutuhkan aku, tidak bukan aku tapi bahuku..”
“kamu benar And.. aku benar-benar butuh..”
“And, bisakah malam ini kamu mengantar aku di suatu tempat?”
“baiklah Fay.. saat ini aku ingin mengobati luka kamu..”
“jangan And, biar aku sendiri saja.. ini kotor, aku tidak enak hati..”
“dengarkan aku Fay, sekotor apapun luka ini, aku tetap ingin mengobatinya..”
“biar aku sendiri And..”
“untuk kali ini saja..”
“baiklah..”
Ku lihat, dengan perlahan dia mengobati lukaku.. meskipun sedikit perih tapi aku berusaha menutupi keperihan itu.. dia benar-benar tulus padaku.. sementara Rian di sana? tapi tidak bisa aku sembunyikan perasaan ini, perasaan yang ingin, orang yang berada di depanku yang mengobati lukaku adalah Rian bukan Andik..
“jangan sering-sering terkena debu Fay..”
“iiiyaaa..” perkataannya membangunkan aku dari lamunanku
“kalau kamu jadi penurut begini kamu tambah manis..”
“And jangan bercanda.. siapa yang mau menurut sama perkataan kamu? kamu pikir saja, di mana-mana ada debu..”
“maksud aku, jangan sering berkeliaran di luar rumah..”
“kamu kira aku tidak bosan di kamar terus?”
“kamu pinter menjawab semuanya..”
“aku ini lebih pinter dari semua orang..”
“iya pinter menjawab kan Fay? kata Ricko
“kakak, bukannya membela aku..”
“haha..”
Saat itu aku telah melupakan sejenak perasaan sedihku atas perlakuan Rian.. canda tawa ini membuat aku berhenti mengeluarkan air mata yang aku rasa sudah hampir kering.. aku, And dan kakak terus bercanda tawa, sampai akhirnya bengkel di tutup karena hari sudah malam.. jam di dinding sudah menunjukkan pukul 19.27 wib..
Aku, And dan kakak memutuskan untuk mencari makanan di luar.. karena kakak hidup sendirian jadi tidak ada persediaan makanan.. jika ada itu karena aku yang memasak untuknya.. sejak dari dulu aku ingin mempunyai seorang kakak lelaki, hingga akhirnya Tuhan mempertemukan kami lewat sebuah kecelakaan 2 tahun silam.. aku beruntung memiliki kakak seperti dia, meskipun kami tidak sedarah, tapi aku merasakan ada ikatan darah di antara kami berdua.. namun di antara kami tidak pernah ada perasaan lain selain seorang saudara.. di saat aku menangis, kakak yang selalu ada untukku.. jujur, kakak lebih memperdulikanku lebih dari kedua orangtuaku.. demikian di saat kakak merasa gundah, sedih dan resah.. aku orang pertama yang akan di carinya.. tak pernah aku bisa bayangkan apa yang terjadi denganku saat ini jika kakak tidak di sampingku.. mungkin aku sudah mengakhiri hidupku ini..
Usai makan malam bersama.. aku dan And pergi ke tempat yang ingin aku kunjungi.. sementara kakak, pergi untuk kembali ke rumahnya.. dalam perjalanan menuju tempat favorit aku, And berusaha menghiburku dengan lelucon-lelucon.. ketika sampai di tempat favoritku, aku keluar dari mobil dan aku duduk di atas mobil..
“And, indah tidak?”
“sangat Fay..”
“lampu itu, cahaya itu.. puluhan sinar itu akan padam ketika dunia terang.. apa aku bisa seperti itu?”
“tidak Fay..”
“kenapa?”
“kamu tidak hanya digunakan untuk kegelapan.. tapi juga untuk segalanya..”
“maksud kamu?”
“kasih sayang kamu, perasaan kamu yang begitu lembut, hati kamu yang dipenuhi oleh segala cinta akan selalu dibutuhkan Fay..”
“tapi tidak untuk dia di sana And..”
“Rian?”
“iya..”
“apa lagi yang dia lakukan padamu?”
“tidak ada, tapi dia tak memberiku sama sekali kabar.. aku merasakan sesuatu..”
“apa itu?”
“dia melupakan aku di sini..”
“tenanglah, ada aku..”
“tapi aku ingin dia And.. And..”
“apa Fay?”
“untuk apa semua ini?”
“perasaan..”
“kenapa kamu begitu tulus? apa hanya karena sebuah perasaan? lalu mengapa kamu tidak memaksaku?”
“untuk apa aku memaksa kamu? melihat kamu menangis? aku menemukan kamu, saat kamu menunjukan padaku sebuah ketulusan..”
“aku bingung dengan semua ini And.. aku tidak tau apa yang harus aku lakukan..”
“aku percaya kamu bisa Fay..”
“apa aku benar-benar harus melupakan Rian? tapi aku tak bisa..”
“dengarkan aku.. keraguan yang sekarang ada di hati kamu itu karena perhatian aku.. karena aku terus berada di samping kamu..”
“aku, tidak meragukan perasaan aku untuk Rian..”
“berkata jujurlah Fay.. aku sudah melihatnya..”
“tidak And.. kamu salah, aku ragu dengan apa yang telah aku lakukan ini, apa semua ini bisa membuat Rian bahagia? kamu tau aku sengaja mengatur perselingkuhan ini hanya untuk mengakhiri hubungan ini, tapi aku melakukan ini semua untuk masa depannya.. saat aku melihat dengan logika, aku tak pantas untuknya.. aku minyak, dan dia air.. kami tak bisa bersatu.. umurku, agamaku, kehidupanku, semua berbeda dengannnya.. hanya cinta dan kasih sayang yang bersatu, tapi aku tak bisa egois, bukan hanya aku yang harus bahagia, tapi dia.. terutama dia And.. mengetahui dia bisa bermain kembali dengan sahabat-sahabatnya, itu pertanda aku.. aku…”
“sudah Fay.. sekarang aku ingin bertanya padamu..”
“apa And..”
“bagaimana sesungguhnya perasaanmu untuk dia?”
“mencintai dia dengan tulus..”
“lalu apa yang kamu harpakan?”
“ingin bersamanya selamanya..”
“kalau begitu kejar keinginan kamu.. kejar semua impian kamu.. jika kamu mengagap dirimu minyak dan dia air, kalau begitu saling membutuhkanlah Fay..”
“maksud kamu? aku harus tetap memperjuangkannya?”
“iya Fay..”
“meskipun itu tak logika?”
“kamu katakan tadi, kalian punya cinta dan kasih sayang yang bisa bersatu.. kalau begitu pergunakan itu Fay..”
“benarkah? lalu bagaimana dengan perasaan kamu sendiri?”
“jangan perdulikan perasaan aku Fay, aku memang sudah sejak lama mencintaimu bahkan sebelum dia mencintai kamu.. tapi aku ingin kamu lebih bahagia dengan orang yang kamu cintai.. ketika aku tau kamu mencintainya, aku melihat ada kebahagiaan di mata kamu Fay.. aku tidak bisa memaksa kamu.. aku hanya ingin kamu melakukan semua yang kamu mau.. perjuangkan dia dengan ketulusan kamu..”
“lalu bagaimana dengan keluarga ini? bagaimana dengan kakak?”
“aku di depan kamu, ada ada untuk kamu.. aku siap menghalangi mereka yang ingin menghancurkan impian kamu.. aku sendiri yang akan mengantarkan kamu menemukan dia di sana.. ”
“setulus itukah kamu And?”
“itulah cinta Fay.. tetap semangatelah dan percaya kamu bisa menghancurkan perbedaan itu..”
“terima kasih And..”
Aku merasakan pelukan hangat dari Andik.. pelukan ketulusan sebagai seorang malaikat, dia membangkitkan aku dari sebuah kebingungan.. aku merasa tenagaku untuk bertahan kembali hadir.. iya aku pasti bisa..
“sesampai di rumah nanti, hubungin dia.. dan berterus teranglah padanya semua perasaan kamu Fay..”
“iya And..”
Dia mengantarkanku pulang, dan sesampai di rumah.. aku melihat mobilnya perlahan meninggalkan aku.. dia semakin tidak terlihat dan aku segera masuk ke dalam rumah dan menuju kamar pribadiku.. aku tidak sabar ingin memberitau Rian semuanya, aku akan kembali berjuang lagi.. sampai di kamar aku langsung merebahkan tubuhku di atas kasur yang empuk.. sambil memeluk boneka, aku memencet tombol yang ada di blackberryku.. aku berusaha menemukan kontaknya, namun aku melihat sesuatu yang tak pernah ingin aku lihat sampai kapanpun.. statusnya, dia menuliskan panggilan sayang untuk sesorang dan di dampingin emotion pelukan.. tidak itu bukan panggilan sayang untukku.. bukan, bukan, itu bukan untuk aku.. air mata yang terus menetes menemani tanganku memencet tombol untuk mengirimkan pesan untuk Rian..
“gebetan baru?”
“iya dong..” balasannya
“jadi kamu sudah melupakan semuanya?”
“jangan diingat lagi kalau yang itu..”
“segampang itu?”
“iya segampang kamu melakukan ini semua..”
“benarkah? apa dia bisa membuat kamu bahagia?”
“iya..”
“apa kamu telah berhenti berharap untukku?”
“iya..”
“ternyata semua perkataan kamu bohong.. kamu tidak bisa menunggu aku.. kamu tidak bisa membuktikan kalau kamu benar-benar mencintaiku dengan tulus..”
“bukankah kamu sudah bahagia?”
“apa yang kamu lihat? dari luarnya saja? apa kamu tidak bisa melihatnya dari hati? secepat inikah?”
“kamu lebih cepat daripada aku.. kalau kamu bisa kenapa aku tidak?”
“baiklah.. kalau begitu, aku berhenti mengharapkan kamu.. aku berhenti hadir di hidup kamu.. aku berhenti pada sebuah harapan yang indah.. semua impian yang tak akan jadi kenyataan.. berbahagialah.. aku tak akan pernah hadir lagi.. tak akan pernah menganggu hidupmu lagi.. semoga kamu bahagia dengannya.. semoga dia lebih baik dari aku.. selamat tinggal Rian.. terima kasih atas semuanya..”
“iya..”
Hanya itukah balasan kamu? sesingkat itukah? kamu mengatakan kalau kamu ingin menungguku tapi mengapa demikian? janji dan harapan yang sudah kamu berikan padaku ternyata hanya mengangkatku jauh lebih tinggi untuk sementara waktu? Rian, aku mencintaimu.. tapi kini aku membencimu, setelah aku tau aku harus memperjuangkan kamu, ternyata kamu menghancurkan aku.. apa kamu tidak tau kabar apa yang akan aku berikan padamu? hati ini hancur, lebih hancur dari sebuah kaca yang kamu lemparkan ke lantai hingga pecah.. aku bodoh telah mempercayai semua ucapanmu.. aku bodoh Rian..
“And.. bolehkah aku kembali meminjam bahumu? sebentar saja.. walaupun ini yang terakhir.. aku lelah And..” pesan untuk Andik
“tunggu Fay.. jangan berbuat yang aneh-aneh di sana.. tunggu aku, aku segera ke sana..”
Hanya air mata yang terus mengalir di wajahku.. aku meninggalkan rumah, aku berjalan sendirian.. aku tidak tau apa yang aku lakukan saat ini, karena yang aku tau hanya persaaan hancur yang begitu dalam.. malam yang begitu dingin, denyut luka yang ada di kakiku tidak lagi aku rasakan.. meskipun kakiku melangkah dengan pincang, aku tetap berjalan.. aku rapuh, aku benar-benar rapuh Tuhan.. inikah karmaku? inikah balasan untukku?
“Fay, apa yang kamu lakukan, cepat masuk ke dalam mobil.. kamu tau ini sudah malam.. tidak baik kamu berjalan sendirian di luar rumah.. bukankah aku memintamu menungguku di rumah?” sambil memelukku
“aku tidak perduli And.. aku bodoh, aku bodoh And..”
“masuk dulu Fay..”
Di dalam mobil aku hanya bisa meneteskan air mataku.. Andik berusaha menenangkanku, namun dia tak memaksaku.. Andik tau, aku adalah cewek yang paling keras kepala, Andik juga tau dengan aku menangis aku bisa jauh lebih tenang.. sesekali dia mengusap rambutku dan mengatakan kamu tenang dulu Fay.. namun aku tak memperdulikannya.. aku meminta pada Andik untuk mengantarku di tempat favoritku tadi.. mobil melaju dengan kencang.. saat kami telah sampai ke tujuan..
“And.. aku membencinya..”
“ceritakan padaku apa yang terjadi..”
“baca semua pesan ini And..”
Aku melihatnya membaca pesan itu..
“aku mengerti perasaan kamu Fay..”
“aku berhenti berharap And.. kakak benar, harusnya aku tak boleh mempercayai ucapan seseorang yang sama sekali sudah terluka.. balas dendam yang sangat menarik And.. selama ini aku telah bermimpi dengan harapan dan janji yang sudah dia katakan padaku.. terlalu dalam aku berangan dan akhirnya aku terjatuh pada sebuah kenyataan pahit And.. aku mundur darinya And.. aku tak ingin lagi mengenalnya.. cukup perasaan ini saja yang aku tau.. And, surga itu seberapa jauh?”
“aku mengerti rasa sakit kamu Fay, tapi aku ingin kamu lebih tegar.. jangan melakukan apapun yang dilarang oleh Agama..”
“aku tidak akan melakukan apapun yang buruk And, aku hanya ingin bertemu Tuhan.. aku ingin memastikan inikah kenyataan dari sebuah harapan? sakit And, perih.. apa kamu tau rasanya? apa kamu bisa mengerti? harusnya saat aku merasakan keraguan mulai menyelimuti kehidupanku, dia tak meninggalkan aku seperti ini.. aku tau dari awal aku salah.. tapi sekarang aku jadi mengerti.. kakak, kak Ricko memintaku untuk melakukan ini semua agar aku tau siapa Rian.. agar aku tau dan bisa membuktikan semua perkataan Rian.. inilah tujuan kakak And.. meski aku menyesal melakukan ini semua karena aku kehilangan dia, tapi ada sebuah kebenaran yang terungkap And..”
“baguslah Fay kalau kamu sudah mengerti.. kamu harus tetap semangat dan tegar..”
“aku tidak mau lagi percaya sama sebuah harapan And..”
“bagaimana kalau itu sebuah perasaan?”
“sama saja And, harapan dari sebuah perasaan.. tidak mudah lagi bagi aku mempercayainya.. tidak mudah lagi bagi aku untuk mencintai orang lain.. termaksud membuka hati untuk orang lain..”
“kalau begitu aku kan bersabar..”
“bersabar?”
“bersabar sampai kamu mencintaiku.. aku yang menunjukan pada kamu sebuah harapan perasaan mana yang tulus dan mana yang tidak Fay.. perasaan yang sama sekali belum terjawabkan olehmu, yang sudah berbulan bahkan hitungan 1 tahun Fay..”
“sampai kapan? sampai kamu seperti dia yang akan menjatuhkan aku lagi?”
“tidak Fay, karena aku bukan dia.. dan dia bukan aku.. aku berbeda dengannya.. begitu juga perasaanku Fay..”
“bagaimana jika butuh 100 tahun lagi aku baru bisa memberikan jawaban?”
“bukan hanya 100 tahun aku menunggumu tapi 100 tahun pun aku sanggup Fay..”
“And.. aku tau kamu tulus, tapi aku tak ingin melukai kamu.. aku tak ingin kamu menganggapku yang bukan-bukan..”
“menganggap apa?”
“menganggap kamu adalah pelarianku..”
“tidak Fay.. tak pernah terlintas di pikiranku seperti itu.. yang aku pikirkan bagaimana melihatmu tersenyum.. mengantarkan kamu pada dia.. tapi jika seperti ini yang dia lakukan padamu, aku tak akan pernah memberikan kamu bahkan mengantarkan kamu untuknya.. 1 kali pun tak akan pernah Fay.. aku percaya perlahan-lahan kamu akan mencintaiku dengan seiring berjalannya waktu.. yang terpenting aku ingin kamu bahagia dengan cara tidak memaksamu..”
“lalu bagaimana kalau aku yang memaksamu?”
“memaksa untuk meninggalkan kamu? itu tidak akan pernah terjadi Fay..”
“bukan.. tapi memaksamu untuk menungguku.. aku akan belajar untuk mencintaimu And..”
“benarkah Fay?”
“iya And.. aku telah salah melihat semuanya.. kamu begitu tulus, sementara dia? And, maukah kamu menungguku sampai aku benar mencintai kamu?”
“pasti aku mau menunggumu Fay.. dan mulai sekarang berhentilah untuk menyalahkan dirimu sendiri, berhentilah menangis hanya karena semua ini.. bukalah lembaran baru bersamaku.. kita berdua tanpa ada dia atau siapapun..”
“terima kasih And.. bolehkan aku memelukmu?”
“silakan saja..”
“And terima kasih atas waktu yang begitu panjang ini.. terima kasih kamu tidak pernah memaksaku untuk menerima perasaanmu.. aku berjanji detik ini aku akan belajar mencintaimu.. menyayangimu bahkan menghabiskan seluruh waktu hidupku berdua dengan kamu.. Kamu harus tau And.. Kini, Tugasku telah Selesai untuknya tapi aku punya tugas baru.. yaitu “Belajar Mencintaimu” aku ingin menjadi yang terbaik untuk kamu di kehidupan ini..”
“aku sayang kamu Fay.. dan aku akan sayang kamu selamanya sampai kapanpun Fay..”
Pelukan itu membuat perasaanku yang tadinya terluka dan hancur kembali utuh seperti semula.. inikah perjalanan cinta itu? aku tidak perduli lagi dengan hari kemarin.. yang aku tau saat ini Kini, Tugasku telah Selesai untukmu Rian.. semoga kamu bahagia dengan jalan yang kamu pilih dan begitu juga denganku.. aku yakin ini yang terbaik untuk kita selamanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar